TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menyatakan dari sekitar 3,6 juta peserta Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama sebanyak 16.616 siswa dinyatakan tidak lulus. Jumlah lulusan ini secara persentase menurun.
Tahun lalu, persentase siswa yang lulus ujian mencapai 99,7 persen. Tahun ini turun 0,2 persen menjadi 99,5 persen. "Tapi jumlah itu tidak signifikan kalau dibandingkan dengan jumlah peserta," ujar Nuh, Jumat 31 Mei 2013.
Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Pendidikan, Nusa Tenggara Timur menjadi daerah dengan jumlah siswa yang tidak lulus paling banyak, yaitu 1.922 siswa, diikuti Nangroe Aceh Darussalam dengan 1.400 siswa. DKI Jakarta dan Maluku Utara menjadi provinsi dengan tingkat ketidaklulusan paling rendah. Di kedua daerah itu, tercatat hanya 1 siswa yang tidak lulus.
Menteri Nuh mengakui bahwa pada Ujian Nasional kali ini tingkat kesukaran soal bertambah 10 persen daripada ujian tahun-tahun sebelumnya. "Tapi tingkat kesukaran soal bukan faktor utama yang menyebabkan siswa tidak lulus," ujarnya.
Faktor kelulusan siswa, dia menjelaskan, dihitung dari kombinasi nilai UN dan nilai sekolah. "Komposisinya 60 persen nilai UN, dan 40 persen nilai sekolah. Jadi memang ada siswa yang tidak lulus karena nilai sekolahnya yang rendah," tuturnya.
Pada 1 Juni ini pemerintah mengumukan hasil Ujian Nasional SMP dan sederajat secara serempak. Nuh mengimbau siswa yang lulus tidak merayakan secara berlebihan. "Tak usah corat-coret baju, lebih baik disumbangkan atau bikin acara syukuran saja," katanya.
Sedangkan bagi siswa yang tidak lulus, Nuh memastikan, ada ujian paket B atau penyetaraan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. "Jangan hanya karena gagal di UN jadi malas sekolah, apalagi bunuh diri," dia menegaskan.
PRAGA UTAMA