TEMPO.CO, Surabaya - Para pedagang sapi dan jagal yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar Provinsi Jawa Timur, memprediksi harga daging sapi saat lebaran Idul Fitri 1434 H akan menyentuh Rp 110 ribu per kilogram.
Ketua PPSDS Jawa Timur, Muthowif, mengaku pesimistis program pemerintah yang menargetkan harga daging sapi akan turun menjadi Rp 75 ribu per kilogram saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini, akan berhasil. Pasalnya, saat ini stok sapi siap potong belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Jawa Timur khususnya dan Tanah Air umumnya.
Jika hingga pertengahan Juni 2013 pemerintah belum melakukan impor sapi bakalan atau sapi siap potong, ia menegaskan tidak menutup kemungkinan harga daging sapi saat awal bulan Ramadhan akan naik di kisaran Rp 90 ribu - Rp 95 ribu per kilogram. " Target Rp 75 ribu itu bisa dicapai apabila stok sapi mencukupi, faktanya tidak demikian. Bahkan saat Idul Fitri bisa mencapai Rp 110 ribu," kata Muthowif saat menggelar rapat koordinasi dengan para perwakilan jagal se Jawa Timur di RPH Surabaya, Senin 3 Juni 2013.
Ia menjelaskan, sejak November 2012 hingga Juni 2013, harga daging sapi segar di berbagai penjuru Jawa Timur masih bertengger di kisaran Rp 80 ribu - Rp 85 ribu per kilogram. Sedangkan harga sapi hidup siap potong di pasar sapi tradisional sebesar Rp 34 ribu - Rp 35 ribu per kilogram. Harga sapi siap potong di pusat penggemukan (feedlot) lebih mahal lagi, menyentuh Rp 37 ribu per kilogram.
Kendati populasi sapi di Jawa Timur cenderung naik, dari 4.727.298 ekor pada tahun 2011 menjadi 5,3 juta ekor di akhir tahun 2012, terbukti belum mampu menekan harga sapi bakalan, sapi siap potong dang daging sapi segar. "Kalau mau harga Rp 75 ribu per kilo, harga sapi hidup siap potong maksimal harus Rp 31 ribu per kilogram."
Baca Juga:
Miftah Surur, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sunan Giri Surabaya, menuturkan pemerintah harus membuat peta informasi sebaran populasi sapi di setiap kabupaten/kota. Peta ini untuk mengetahui sebaran sapi dan harus diperbarui setiap bulan.
Berdasarkan penelitiannya, cara budidaya sapi di tingkat peternak, masih dianggap bisnis sampingan. Pekerjaan peternak, katanya, lebih banyak dihabiskan sebagai petani sawah atau usaha lainnya. Padahal, dengan pengelolaan yang benar, peternakan sapi mampu memberikan nilai tambah, baik pada peternak sendiri dan mereduksi harga sapi di pasaran.
Daerah Tapal Kuda Jawa Timur, seperti Lumajang, Probolinggo, Jember, Situbondo dan Pasuruan masih menjadi pemasok utama sapi siap potong. Tingginya harga sapi juga harus dilihat dari hulunya. “Apakah cara beternak sapi sudah benar? Kalau antara hulu dan hilir sudah serasi, harga tidak mungkin mahal," ujarnya.
Ia sendiri mengaku pesimistis harga sapi saat Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2013 mampu menukik turun hingga Rp 75 ribu. Harga itu hanya bisa dicapai dengan impor sapi siap potong sesegera mungkin. Jika tidak, harga semakin melambung tinggi seiring naiknya permintaan masyarakat.
Surur juga mendesak Pemprov Jatim membuka pintu untuk sapi asal NTB atau NTT. Impor sapi dari dua daerah itu sangat dibutuhkan Jatim guna mereduksi harga daging sapi, khususnya sapi bakalan untuk jangka panjangnya. "Hukum ekonomi akan berlaku. Pasokan sedikit dan permintaan banyak dampaknya menaikkan harga daging."
DIANANTA P. SUMEDI
Topik Terhangat:
Penembakan Tito Kei | Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Ahmad Fathanah
Berita Terpopuler:
Tito Kei Tewas, John Kei Sedih tapi Tak Menangis
Pendukung John Kei Sempat 'Serbu' Rutan Salemba
Wakil Menteri Pendidikan Wiendu Diduga Korupsi
9 Skenario Kiamat Versi Ilmuwan
Begini Perubahan Lalu Lintas di Tanah Abang