TEMPO.CO, Manila - Pasar obligasi pada kawasan berkembang di Asia Timur tumbuh sebesar 12,1% setiap tahunnya. Hingga Maret 2013 pasar obligasi ini mencapai US$ 6,7 triliun. Asia Bond Monitor edisi terbaru terbitan Asian Development Bank (ADB) mengatakan kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan dua digit pada obligasi korporasi.
"Pertumbuhan akan lebih tinggi lagi di pasar obligasi. Hal ini dikarenakan ekonomi di kawasan ini terus berkembang," kata Kepala Kantor Integrasi Ekonomi Regional ADB, Jaya Azis, dalam keterangan tertulis 4 Juni 2013.
Menurut dia, investor lokal maupun asing merasa makin nyaman untuk meminjam dalam mata uang lokal. "Pemerintah dan perusahaan kini juga mampu mengelola pinjaman mereka dengan lebih baik dibandingkan dengan satu dekade yang lalu,” tambahnya.
Asia Bond Monitor yang dipublikasikan tiap kuartal melakukan analisa pasar di China, Hong Kong, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Azis mengatakan pasar obligasi lokal di kawasan tersebut saat ini memiliki porsi yang makin besar terhadap ekonominya. Porsi makin besar jika dibandingkan tiga bulan atau tahun lalu.
Pasar obligasi korporasi di kawasan ini tumbuh 19,5 persen setiap tahun dan 4,6 persen setiap kuartal. Sehingga angka pertumbuhannya mencapai sebesar US$ 2,4 triliun pada akhir Maret.
Di waktu yang sama, pasar obligasi pemerintah cenderung tumbuh lebih perlahan. Angka pertumbuhan yaitu sebesar 8,3 persen per tahun dan 2,0 persen per kuartal menjadi US$ 4,3 triliun.
Indonesia merupakan pasar obligasi korporasi dengan pertumbuhan tertinggi. Angka pertumbuhan mencapai 26,9 persen setiap tahun menjadi US$20 miliar.
Sedangkan pasar obligasi mata uang lokal Indonesia tumbuh sebesar 13,9% per tahun dan 5,9% per kuartal. Sehingga, pasar obligasi mencapai nilai US$ 119 miliar pada akhir Maret. Sedangkan pasar obligasi pemerintah tumbuh sebesar 11,6% menjadi US$98 miliar pada periode yang sama.
Di Indonesia, kepemilikan asing mencapai 32,6% dari obligasi pemerintah dalam mata uang rupiah pada akhir Maret. Persentase tersebut termasuk yang terbesar di kawasan Asia Timur yang sedang berkembang. Sementara itu, Malaysia berada di urutan selanjutnya dengan kepemilikan asing sebesar 31,2%.
WINNIE AMALIA R