TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan terbatas di bursa Amerika dalam perdagangan kemarin malam belum mampu menjadi katalis penggerak indeks Selasa, 4 Juni 2013, pagi.
Dari regional, bursa Asia pagi ini dan Eropa kemarin malam ditutup bervariasi, sementara indeks Dow Jones menguat 138,46 poin (0,92 persen) ke level 15.254,03.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada sesi I perdagangan bergerak konsolidatif cenderung melemah. IHSG sempat mengalami rebound sesaat, namun pada 10.45 kembali terjun ke zona merah.
Analis dari PT BNI Securities, Thendra Crisnanda, mengatakan kekhawatiran para pelaku pasar kembali meningkat setelah data PMI manufaktur Cina pada bulan Mei mengalami kontraksi ke level 49,2 dari sebelumnya 49,6.
Penurunan data ekonomi Cina diikuti pelemahan data ISM manufaktur Amerika Serikat yang turun ke level 49 dari semula level 50,7. Turunnya data manufaktur di bawah level psikologis 50 mengindikasikan kondisi perekonomian tidak lagi berada dalam periode ekspansi," kata dia.
Meski demikian, hal itu sebenarnya bisa menjadi sentimen positif karena konstraksi ekonomi bisa mendorong Bank Sentral Amerika mempertahankan stimulusnya.
Dari pasar domestik, memburuknya data defisit neraca perdagangan Indonesia yang semakin melebar ke US$ 1,6 miliar pada bulan April mendorong pelemahan lanjutan terhadap nilai tukar rupiah. "Pelemahan nilai tukar diprediksi akan terus berlanjut menjelang pengumuman kenaikan harga BBM," ujar Thendra.
Dominannya katalis negatif berpotensi kembali menekan pergerakan indeks hari ini. Investor sebaiknya memanfaatkan momentum penurunan ini dengan mengakumulasi saham-saham yang prospektif khususnya berbasis ekonomi domestik.
Beberapa saham masih memiliki ekspektasi pertumbuhan yang kuat seperti sektor konsumsi, perbankan, kontruksi, properti dan perdagangan. "Hari ini indeks akan bergerak pada kisaran 4.934 hingga 5.031 dengan saham pilihan Lippo Karawaci, Sentul City, Charoen Pokphand, Japfa, dan Waskita Karya," tutup Thendra.
PDAT | M. AZHAR
Topik terhangat:
Penembakan Tito Kei | Tarif Baru KRL | PKS Vs KPK | Ahmad Fathanah