TEMPO.CO, Bandung - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai menduga kuat pelaku bom bunuh diri di markas Polres Poso kemarin adalah anggota sel baru jaringan teroris yang masih terkait jaringan Abu Umar. Soal siapa identitas pria nekat tersebut, ia mengaku masih menunggu hasil final penyelidikan forensik Mabes Polri.
"Yang pasti itu jaringan teroris. Lama atau baru itu relatif. Seperti saya jelaskan jaringan ini putus, cerai, kemudian mereka ini bikin kelompok baru. Tapi dalam kelompok baru ini pasti minimal dua anggota dari kelompok dan jaringan lama," kata dia, usai acara sarasehan tentang terorisme di Hotel Horizon, Koya Bandung, Selasa 4 Juni 2012.
Jaringan pelaku terorisme di Indonesia, kata dia, masih hidup meski sempat diporak-porandakan Detasemen Khusus 88 Anti Teror. Pada 2010, jaringan teroris berbasis di Aceh dihancurkan. Kemudian mereka membangun kelompok baru di Poso.
"Dihancurkan, mereka kembali (bangun kelompok) di Poso. Abu Omar, Abu Roban, Sofyan, Jamil membentuk sel, termasuk di Jabar. Dananya itu ditujukan mendanai basis di Poso. Setiap aksi pasti berkaitan," kata Ansyaad.
Sementara itu, mantan anggota Jam'ah Islamiyah Nasir Abas menduga pelaku bom bunuh diri Poso, juga para terduga teroris yang tertangkap dan tewas tertembak di Jawa Tengah, Bandung dan Tasikmalya masih satu jaringan.
"Mereka masih jaringan Abu Umar atau pendukung Abu Umar. Mereka menganggap bahwa penangkapan Abu Umar itu ketaliman terhadap Abu Umar. Mereka tidak terima penangkapan Abu Umar itu,"kata dia usai acara yang sama.
Sebelumnya, seorang pria yang diduga berumur 33 tahun menerobos masuk ke Markas Polisi Resor Poso, kemudian meledakkan dirinya dengan menggunakan bom yang berdaya ledak tinggi, sekitar pukul 08.05 Wita, Senin, 3 Mei 2013. Dalam peristiwa tersebut tidak ada polisi setempat yang menjadi korban.
Peristiwa terjadi saat polisi menggelar apel pagi. Tiba-tiba seorang pria mengendarai motor bebek menerobos masuk ke dalam markas dan melewati pos penjagaan. Polisi jaga sempat berusaha memberhentikannya. Namun, pria yang kini belum dikenal tersebut tetap menerobos. Tidak berselang lama, terdengar ledakan keras berdaya ledak tinggi.
ERICK P. HARDI
ATMI PERTIWI
Topik terhangat:
Penembakan Tito Kei | Tarif Baru KRL | PKS Vs KPK | Ahmad Fathanah
Berita lainnya:
9 Skenario Kiamat Versi Ilmuwan
3 Menteri Terbaik Ini Bukan dari Parpol
Pendukung Award untuk SBY Mengaku Dibayar US$ 100