TEMPO.CO, Jakarta- Qualcomm mengincar pesatnya pertumbuhan smartphone di pasar global, terutama negara berkembang, untuk memperkenalkan prosesor Snapdragon. Pada 2016 diprediksi ada 800 juta unit smartphone yang dikirim ke beberapa negara berkembang di seluruh dunia.
Prosesor yang menjadi andalan adalah Snapdragon 200, 400, 600, dan 800. Snapdragon 400 untuk smartphone pemula (entry level), Snapdragon 400 untuk kelas menengah dan tablet, Snapdragon 600 untuk menengah-atas dan tablet, sedangkan yang 800 buat smartphone premium, Smart TVs, dan tablet.
Senior Manager Southeast Asia & Pacific Qualcomm, Adrian Fu, mengatakan, perusahannya bukan sekadar pembuat chip bagi ponsel tapi juga bagaimana membuat pengguna terkoneksi melalui internet dengan berbagai perangkat. Ke depannya, bukan tak mungkin berbagai perangkat rumah tangga bisa dikendalikan hanya melalui smartphone karena telah terintegrasi dengan prosesor yang mumpuni.
Prosesor terbaru Qualcomm, Snapdragon 800, diklaim memiliki kinerja lebih baik dibanding pendahulunya. “Pada 2020 diperkirakan ada 24 juta perangkat yang akan terkoneksi. Semua akan terkoneksi dan ini akan jadi potensi pertumbuhan yang besar dari smartphone,” kata Adrian Fu, dalam Qualcomm Media Briefing Indonesia, di Jakarta, Rabu 5 Juni 2013.
Bernhard Siagian, Country Manager Qualcomm Indonesia, menambahkan saat ini Qualcomm telah banyak menjalin mitra dengan produsen ponsel untuk menawarkan prosesor Snapdragon dengan produk keluaran mitra.
“Jumlah pengguna smartphone saat ini sangat besar, harus ada pilihan kepada masyarakat. Tapi kami meyakinkan kepada mitra bahwa apa yang kami tawarkan untuk smartphone berbasis Qualcomm memiliki nilai tambah,” ujar Benhard. Tak hanya menyasar kelas menengah dan atas, Qualcomm juga masih membidik pengguna smartphone entry level.
Salah satu contoh keunggulan smartphone berbasis prosesor snapdragon keluaran Qualcomm ada pada produk HTC One yang telah dilengkapi dengan teknologi quick charge. Teknologi ini meningkatkan waktu pengisian baterai hingga 50 persen lebih cepat.
Bahkan, Qualcomm akan memperbarui fitur quick charge ini dari versi 1.0 menjadi versi 2.0, khusus smartphone yang telah berbasis prosesor snapdragon 800. Quick charge 2.0 diklaim mampu meningkatkan waktu isi ulang baterai 75 persen lebih cepat. Fitur ini pun tidak membutuhkan kabel konektor khusus melainkan hanya memakai kabel USB biasa.
Budi Janto, Country Manager HTC Indonesia mengatakan, kerja sama dengan Qualcomm untuk prosesor Snapdragon membuat kinerja perangkat ponsel menjadi lebih baik. “Ujung-ujungnya yang diuntungkan adalah konsumen karena berbagai kelebihan dari prosesor ini. Banyak fitur dan keuntungan bagi HTC dengan menggunakan prosesor Qualcomm karena sudah menggunakan teknologi terbaru,” kata Budi.
Ia yakin prosesor Snapdragon pada smartphone HTC One bisa diterima baik oleh konsumen di Indonesia. HTC memang berfokus pada pasar smartphone premium. Saat ini, ia mengklaim HTC mampu meraih 20 persen pasar smartphone premium, lalu 20-30 persen adalah pasar smartphone menengah, dan sisanya entry level.
Setiap bulan, HTC memasarkan 4,8-5 juta ponsel di Indonesia berupa ponsel murah hingga premium. Dari total tersebut, 20 persennya merupakan smartphone, yang berarti HTC menjual 1 juta unit smartphone setiap bulan.
“Menurut GFK, pertumbuhan smartphone luar biasa menjadi 50 persen. Sedangkan feature phone hanya tumbuh 20 persen. Ini akan mempengaruhi banyak hal dan kami HTC akan semakin memberikan inovasi kepada konsumen,” kata dia.
ROSALINA