TEMPO.CO, Magelang-Dunia perbatikan di Magelang, Jawa Tengah, semakin menggeliat. Promosi digencarkan melalui berbagai ajang. Salah satu promosi itu melalui Pekan Budaya Batik di Armada Town Square (Artos) Magelang, 7-16 Juni 2013 yang memamerkan aneka motif batik khas tentang legenda kampung.
Promotions Staff Artos, Diah Pangesti, mengatakan kegiatan itu, sebagai sarana mengembangkan pasar batik khas Magelang, dengan sasaran pengunjung mal. "Kami ingin menjadi bagian dalam pelestarian budaya bangsa. Batik khas Magelang belum banyak dikenal masyarakat, padahal memiliki nilai artistik tinggi," kata Diah, Senin, 10 Juni 2013.
Pameran itu diikuti enam perajin batik dari kota dan kabupaten Magelang. Mayoritas, mereka menampilkan batik tulis bermotif legenda kampung yang menggunakan pewarna alami. Diantaranya, motif Bayeman, Ringin Anom, Kebon Polo, Kemiri Rejo hingga ikon Water Torm di Alun-alun Kota Magelang. Ada pula batik bermotif unsur alam, seperti pegunungan, daun, pohon bambu, kayu. Juga, batik khas Candi Borobudur, yang digunakan sebagai sarung ketika pengunjung masuk candi.
Pengelola stan Batik Saniyya Muntilan, Titik, mengaku senang dengan kegiatan itu. Selain untuk memasarkan batik khas Magelang, pekan budaya itu juga meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap batik. "Stan kami ramai. Banyak yang penasaran dengan batik khas Magelang," katanya.
Titik juga mengatakan batik Saniyya banyak menggunakan pewarna alami, seperti pelepah pisang, serat nanas, sari daun mangga, daun jambu, serta kunyit. Menurut dia, masyarakat menyukai batik-batik dengan unsur alam. Selain lembut, ramah lingkungan dan aman untuk kulit. Dia menjual batik-batiknya antara Rp 300 ribu sampai Rp 1 juta per meter.
Pekan budaya batik, juga dimeriahkan workshop membatik, live show music, serta pameran fotografi. Ada juga fashion show koleksi Crisantium, oleh Tatok Prihastomo dan Touch of Ramadhani, oleh Ramadhani A. Kadir, yang akan dibawakan Duta Wisata Magelang.
Batik khas Magelang, baru digagas sejak 2010. Karena tidak ada sejarah batik di kota ini, maka dipilihlah nama-nama kampung terbesar di 17 kelurahan, di Kota Magelang, untuk motifnya. Kampung-kampung itu, dipilih karena memiliki legenda atau riwayat unik.
Ada beberapa kampung yang dipilih seperti Gelangan, Bayeman, Mirikerep, Mantiasih, Kebonpolo, Watertoren, dan Patenjurang. Kampung Bayeman misalnya, bermotif daun bayam, atau Watertoren dengan motif gambar saluran air Belanda. Hingga saat ini, ada 40 motif batik Magelang.
OLIVIA LEWI PRAMESTI
Terhangat:
Priyo Budi Santoso | Rusuh KJRI Jeddah | Taufiq Kiemas
Baca juga:
Murdaya Poo: Isu PRJ Pisah dari JIExpo Itu Basi
PKS: Menteri Kami Tak Ada Hubungan dengan Partai
Jokowi Gantikan Megawati Terima Tamu