TEMPO.CO, Makassar - Ketegangan di wilayah Poso, Sulawesi Tengah, yang terjadi pada Senin, 10 Juni 2013, berimbas pada pengamanan di Sulawesi Selatan. Bahkan menurut juru bicara Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, Komisaris Besar Endi Sutendi, Polda Sulselbar telah mengeluarkan perintah pengetatan keamanan di wilayah perbatasan. "Perintah itu berlaku bagi tiap kepolisian resor," kata Endi. "Agar kejadian di Poso tidak meluas ke Sulawesi Selatan."
Sementara di Makassar, polisi juga memperketat pengamanan kantor kepolisian sektor. Menurut Kepala Bagian Operasional Polres Makassar, Ajun Komisaris Besar M. Ridwan, seluruh polisi diminta tidak bertugas sendiri-sendiri. "Kami memberlakukan sistem pengamanan personel. Petugas menjalankan tugasnya secara berkelompok," kata Ridwan.
Sejak Senin siang, masyarakat mengepung Markas Kepolisian Resor Poso. Pengepungan yang terjadi hingga malam itu dipicu penembakan mati seorang warga, Nudin alias Bondan. Dalam blokade itu, penduduk memasang kayu penghalang dan membakar ban bekas. Mereka pun bergeming meski polisi mengeluarkan tembakan peringatan berkali-kali. "Ratusan personel polisi bersiaga dengan membentuk pagar betis sambil menenteng senjata laras panjang dilengkapi tameng plastik pelindung diri," kata juru bicara Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Ajun Komisaris Besar Soemarno.
Nudin ditembak mati oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri di menembak mati Jalan Pulau Irian, Poso, Sulawesi Tengah, Senin kemarin. Polisi menduga, Nudin terlibat serangkaian kasus terorisme di Poso. Pun diduga merampok bersama Abu Roban di Jawa Tengah. Polisi juga mencurigai Nudin sebagai penyuplai logistik bagi kelompok Santoso di Poso, kelompok Asmar, dan kelompok Roy di Bima.
IRFAN ABDUL GANI
Terhangat:
Priyo Budi Santoso | Rusuh KJRI Jeddah | Taufiq Kiemas
Baca juga:
Pemukul Pramugari Diambil Paksa dari Rumah Sakit
Pemerintah Beri Jaminan untuk Pemukul Pramugari
SMS Ini Beredar Sehari Sebelum Cebongan Diserang
Hujat Nabi, Bocah Diberondong Pemberontak