TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia diharapkan mampu menekan impor baja hingga 50 - 60 persen pada 2016. Saat itu, dua tahap pembangunan pabrik PT Krakatau Steel Posco senilai US$ 6 miliar (Rp 58 triliun) ditargetkan sudah rampung dan mulai beroperasi.
Saat ini, Krakatau Steel Posco masih berupaya menyelesaikan pembangunan pabrik pertama mereka di Cilegon, Banten. "Saya gembira melihat pembangunan pabrik ini berjalan sesuai rencana. Saat ini sudah 90 persen dan Desember nanti siap diresmikan," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di Cilegon, Selasa 11 Juni 2013.
Perusahaan patungan PT Krakatau Steel Tbk dan Pohang Iron and Steel Corporation (Posco) ini rencananya akan membangun pabrik baja berkapasitas 6 juta ton per tahun dengan nilai investasi sebesar US$ 6 miliar dalam dua tahap. "Ini yang paling esensial, proyek ini menjadi pionir (karena) investasinya US$ 6 miliar," kata Hidayat.
Dengan demikian, pada 2016, industri baja di Tanah Air diproyeksikan mampu memproduksi baja 12 juta ton. Dengan kebutuhan nasional berkisar 15-16 juta ton tahun tersebut, maka impor baja mencapai 3-4 juta ton atau tinggal 20-25 persen dari kebutuhan.
Sementara, pada 2012, produksi baja di Indonesia diperkirakan 5 juta ton. Dengan kebutuhan sebanyak 9,4 juta ton, impornya 4,4 juta ton atau masih mencapai 42,5 persen dari total kebutuhan nasional.
Di pihak lain, Presiden Komisaris Krakatau Steel Fazwar Bujang menyatakan bahwa produksi baja Krakatau Posco tak akan sepenuhnya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Sebab, setengahnya akan dikirin ke Korea Selatan, negeri asal Posco. "Sekarang impor baja 6,5 - 7 juta ton per tahun, kalo ini (pabrik tahap pertama) menghasilkan 3 juta ton dan 1,5 juta saja digunakan di sini sudah bisa memenuhi 20 persennya (dari kebutuhan impor)," tuturnya.
PINGIT ARIA