TEMPO.CO, Tegal - Melemahnya nilai tukar rupiah hingga ke level 9.890 berdampak pada kenaikan harga kedelai impor. "Sejak Rabu, 12 Juni 2013, harga kedelai sudah naik Rp 100. Jadi Rp 7.300 per kilogram," kata Samiun, ketua paguyuban perajin tahu Berkah Lestari, Desa Pesalakan,Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, saat dihubungi Tempo, Kamis, 13 Juni 2013.
Samiun mengatakan, dalam kurun satu tahun, harga kedelai tidak pernah stabil. Sekitar enam bulan lalu, harga kedelai pernah mencapai Rp 8.000 per kilogram. Akibatnya, sekitar 80 perajin tahu di Desa Pesalakan gulung tikar. "Dengan harga kedelai Rp 7.200 saja, sekitar 300 perajin tahu yang masih bertahan sudah menjerit. Harga idealnya Rp 6.000."
Dari mengolah satu kilogram kedelai seharga Rp 7.300, setiap perajin hanya mendapat penghasilan kotor Rp 12.000. Jumlah itu belum dikurangi biaya produksi dan upah karyawan. "Dari lima kilogram kedelai, keuntungan bersih hanya Rp 5.000." Padahal, tiap perajin rata-rata hanya mengolah 50 sampai 60 kilogram kedelai dalam sekali produksi.
Satu-satunya opsi para perajin tahu untuk menghadapi kenaikan harga kedelai hanya dengan mengecilkan ukuran produk. Namun, upaya itu tidak serta-merta berjalan mulus. Sebab, para perajin tahu Berkah Lestari harus bersaing dengan perajin lain yang tetap mempertahankan ukuran produknya.
Guna menambah penghasilan, perajin tahu di Desa Pesalakan juga biasa menjual ampas tahunya. Ampas sisa dari olahan lima kilogram kedelai dibeli pengepul dari Boyolali seharga Rp 2.000. Karena mahalnya harga kedelai, Samiun mengungkapkan, banyak perajin tahu yang terjerat utang berbunga tinggi. Bahkan, ada pula perajin yang bangkrut sehingga rumahnya disita.
Paguyuban Berkah Lestari sudah beberapa kali mengadukan nasib mereka karena harga kedelai yang tidak kunjung stabil ke Pemerintah Kabupaten Tegal. Namun, jawabannya selalu sama. Karena kedelai termasuk komoditas bebas, pemerintah tidak bisa mengintervensi harganya. "Yang dilakukan perajin tahu saat ini hanya sekadar bertahan agar tidak bangkrut," ujar Saimun.
Sementara itu, naiknya harga kedelai juga tidak dinikmati para petani kedelai di Desa Sisalam, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes. Sebab, naiknya harga kedelai kali ini berbarengan dengan gagal panen yang dialami petani sejak sekitar satu bulan lalu. "Faktor cuaca ekstrem yang jadi penyebabnya," kata Idham Kholid, saat dihubungi via telepon.
Idham menjelaskan, usia tanaman kedelai normalnya 80 hari. Karena diserang hama yang tumbuh pesat selama hujan masih terus mengguyur, sebagian petani terpaksa memanen kedelai di usia 60 hari. Dari lahan kedelai seluas seperempat hektare, hasil panen Idham hanya satu kuintal, seharga Rp 500.000. "Kalau cuaca normal, bisa panen sekitar empat hektare."
Karena terkendala cuaca dan harga jual kedelai yang murah di tingkat pengepul, sebagian petani di Desa Sisalam kini kembali bercocok tanam padi. "Kalau pemerintah berani menjamin harga kedelai dari petani Rp 6.000 per kilogram, kami akan pertimbangkan lagi," tandas Idham.
DINDA LEO LISTY