TEMPO.CO, Bandung -Wali Kota Bandung Dada Rosada akhirnya bersedia mencabut Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk restoran yang akan dibangun di kawasan hutan kota Babakan Siliwangi Bandung. Hanya, untuk mencabut IMB tersebut, dia meminta kepada para seniman dan budayawan untuk membuat tim kecil.
"Saya sehati dengan kalian, tapi untuk mencabut IMB, saya persilakan Kang Tisna, seniman dan budayawan membuat tim kecil untuk memproses pencabutan IMB tersebut," kata Dada Rosada dalam diskusi yang yang bertajuk 'Save Babakan Siliwangi' di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Jalan Naripan, Bandung itu, Sabtu, 15 Juni 2013.
Menurut Dada, proses pencabutan IMB akan menimbulkan resiko yang besar, "Jika seenaknya mencabut, nanti pengusaha enggan membuka usahanya di Bandung" ucap Dada yang belakangan ini sering bolak-balik Bandung - Jakarta. Dada harus memenuhi panggilan KPK terkait kasus penyuapan hakim Setyabudi.
Syarif Bastmanan, Ketua Bamus Sunda Puseur mendukung keputusan Dada Rosada yang akan mencabut IMB restoran tersebut."Pembentukan tim kecil itu telah sesuai prosedur administrasi negara" kata dia.
Menurut Syarif, dalam kasus Babakan Siliwangi, dirinya hanya sebagai mediator antara pemerintah dan seniman serta masyarakat Bandung. Babakan Siliwangi adalah aset pemda, dan setiap aset pemda, bukan hanya milik pemerintah, tapi juga milik warga Bandung. "Sehingga jika ingin menggunakan aset itu untuk kepentingan apapun, pemerintah harus berbicara dengan rakyatnya," ucap Syarif .
Sementara itu, seniman dan budayawan Tisna Sanjaya menyambut baik itikad Wali Kota Bandung untuk mencabut IMB restoran itu. Pihaknya segera membentuk tim kecil seperti yang diminta oleh Dada Rosada. "Kita ingin melihat sejauh mana Pemerintah kota bertanggung jawab" ujar Tisna.
Dalam kasus Babakan Siliwangi, kata Tisna, warga Bandung, sedang menguji kualitas pemimpinnya. Dada bisa jadi seorang pemimpin yang berani, atau sebaliknya". Kualitas Dada bisa dilihat dari sejauh mana Dada bertanggung jawab atas IMB yang sudah diteken olehnya.
Forum Warga Peduli Babakan Siliwangi sudah kesekian kalinya melakukan kegiatan penolakan komersialisasi Babakan Siliwangi, mulai dari aksi demo hingga menggelar diskusi budaya. Termasuk mencabut seng yang memagari hutan kota tersebut beberapa waktu lalu.
Sebelumnya sejumlah seniman membuat mural dan lukisan di seng itu. Kini sebanyak 98 lembar seng yang bergambar mural itu sudah dibawa ke gedung YPK dan menjadi saksi berbagai kegiatan di gedung tersebut.
Pada kegiatan hari ini, ata Tisna, dilakukan lelang dua lukisan yang dilukis saat acara berlangsung. "Lukisan itu terjual dengan harga Rp 25 juta," ucap Tisna. Uang hasil lelang itu, akan dipakai untuk kegiatan mereka dalam menolak pembangunan restoran di Babakan Siliwangi.
Pembeli lukisan itu adalah seorang perempuan pecinta seni yang sengaja datang dari Jakarta. ""Ketika politik dan lain-lain tidak bisa mendamaikan suatu masalah, kita semua balik ke seni dan budaya," kata Elianaputri Antonio yang membeli dua lukisan tersebut.
Babakan Siliwangi adalah hutan kota yang merupakan paru-paru kota yang masih tersisa di tengah kota Bandung. Sebelumnya Wali Kota Bandung telah memberikan IMB kepada pengusaha yang akan membangun restoran di kawasan tersebut. Namun rencana tersebut ditolak sejumlah elemen masyarakat, termasuk seniman dan budayawan di Kota Bandung.
PERSIANA GALIH | ENI S