TEMPO.CO, Batam-Jumlah orang yang berpendidikan cukup di Indonesia relatif masih rendah. Padahal diperlukan orang-orang yang berpendidikan untuk merubah paradigma negara importir menjadi negara eksportir.
Dengan populasi sekitar 250 juta jiwa, jumlah penduduk Indonesia yang bergelar doktor (S3) hanya 25 ribu orang, sedangkan pemegang gelar doktor di Cina 800 ribu orang, dan India 600 ribu orang. "Padahal untuk menjadi negara eksportir perlu didukung infrastruktur, infrastruktur harus dikerjakan oleh orang yang berpendidikan cukup," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan di hadapan kader Barisan Indonesia (Barindo) di Batam, Sabtu, 15 Juni 2013. "Pabrik saja masih pakai buatan 1912," Gita melanjutkan.
Menurut Gita, akibat menggunakan mesin lama, dampak rendemen yang dihasilkan industri hanya 4 persen. Bandingkan dengan Thailand dengan angka 14 persen. Bukan cuma itu, 12 persen pemenuhan kebutuhan nasional akan bahan makanan dan minuman, mulai daging sapi, bawang putih, bawang merah, apel, masih diimpor. Ini juga terjadi pada produk elektronik seperti telepon genggam, sepeda motor. "Harus ubah paradigma negara importir menjadi negara eksportir," kata dia.
Gita mengungkapkan posisi perekonomian Indonesia saat ini terbesar ke-15. Diharapkan pada 2020 posisinya berada di posisi 10. "Dengan dukungan infrastruktur yang baik, tak tertutup kemungkinan menjadi yang ke-7. Tapi itu tadi, pendidikan dan infrastruktur," kata Gita.
Kehadiran Gita selain meninjau beberapa kawasan industri, juga membuka Rapat Pimpinan Barindo se-Sumatera dan Kalimantan Barat. Ini merupakan Rapim ke-3 yang sebelumnya di Yogyakarta dan Jakarta.
RUMBADI DALLE