TEMPO.CO, Jakarta - Bagi pemain teater menghafal dan menjiwai naskah sudah menjadi satu keharusan. Menguasai tubuh, berkonsentrasi penuh, sangat menunjang dalam berseni peran. Sehingga ketika suatu naskah sudah dikuasai maka sang pemain akan mulai merepresentasikan teks dalam suara dan olah tubuh.
Sha Ine Febrianti mengungkapkan bahwa pertama kali menerima naskah terjemahan yang harus ia kuasai untuk pementasan Warm, ia kesulitan dan sempat memprotes isinya. Hal tersebut dikarenakan sang penerjemah hanya melakukan penerjemahan teks dari bahasa Perancis ke bahasa Indonesia secara mentah tanpa melihat menjelaskan bagaimana pertunjukkannya.
"Pada saat ke Perancis, saya ketemu transleternya. Dia menerjemahkan dengan bahasa yang absurd, diterjemahkan tanpa menonton pertunjukkannya dulu," ungkapnya saat ditemui di Salihara, Jakarta Kamis, 13 Juni 2013.
Ine pun meminta diterjemahkan ulang agar penampilannya nanti bisa dilakukan secara maksimal. "Saya memohon dia buat menerjemahkan ulang, dia lalu menonton akhirnya dia tahu, oh maksudnya gitu'," kata ibu tiga anak ini.
Setelah itu, Ine pun merasa sangat tertolong dengan bantuan sang penerjemah tersebut. Menurut Ine pada naskah yang diterjemahkan pertama kali bahasanya agak sulit untuk bisa memasukan suasana sensualitas ke dalam pertunjukkan.
Menurut Ine, naskah dalam Warm itu bertujuan untuk menimbulkan sensasi untuk didengar penonton. David Bobee sang sutradara memang memiliki tujuan bagaimana imajinasi itu muncul di benak penonton lewat kata-kata yang dituturkan sang artis. Bukan lewat aktivitas berperan artis di atas pentas yang dengan gamblang menyampaikan maksud dari isi teks tersebut.
Beruntungnya aksi Ine dan dua orang pemain akrobat sangat memukau dan menyenangkan sang sutradara. Diungkapkan oleh David bahwa hal yang paling penting adalah apa yang dibawakan oleh artisnya sendiri. " Ine telah melakukan hal yang cukup intens dengan permainan mata yang membakar, Ine sangat cocok dengan pementasan ini," tutur David.
Selain itu David pun menyampaikan kekagumannya pada kemampuan Ine yang cerdas membawakan teks agar tidak vulgar karena di dalamnya ada kondisi semacam masturbasi atau orgasme yang mungkin masih belum lazim di Indonesia, kondisi yang berbeda saat ditampilkan di Perancis. "Ia bisa menyelami teks dan mempresentasikannya pada audiensi Indonesia yang belum terbiasa dengan hal ini," ungkap David.
AISHA
Berita Lain:
Maudy Ayunda dan Afgan Bikin Lagu Bareng
Konser G-Dragon BigBang Sukses
Mobil Futuristik di Konser G-Dragon