TEMPO.CO, Sidoarjo - Hujan yang mengguyur kawasan Sidoarjo dan Surabaya sejak Senin 17 Juni 2013 dini hari, mengakibatkan rel kereta api di sekitar tanggul penahan lumpur Lapindo tergenang air hingga 15 cm dari kop rel.
Juru bicara PT KAI Daerah Operasi VIII, Sumarsono, menuturkan ketinggian air di atas batas toleransi maksimal, yakni 10 centimeter dari kop rel. Karena melebihi batas toleransi, KAI terpaksa menunda perjalanan dua kereta api di Stasiun Porong. "KA Mutiara Timur dari Banyuwangi-Surabaya dan KA Panataran dari Blitar-Surabaya tertunda dua jam lebih," kata Sumarsono kepada Tempo, Senin 17 Juni 2013.
Informasi yang dihimpun Tempo, dua kereta api itu tertahan sejak pukul 04.00-08.00 WIB. Ketinggian air berangsur surut menjelang siang, seiring intensitas hujan mulai mereda. PT KAI langsung menerjunkan lokomotif bernomor BB 301 11 dengan posisi mesin yang lebih tinggi untuk menarik untaian gerbong menuju Stasiun Tanggulangin.
Lokomotif ini silih berganti menarik gerbong dari dan ke dua stasiun, Porong dan Tanggulangin. Kecepatan maksimal lokomotif hanya 5 kilometer per jam. Gerbong pengangkut bahan bakar Pertamina juga didorong dengan loko yang sama. Rel yang tergenang mulai exit tol Porong hingga 300 meter ke arah selatan atau tepat di bawah titik tanggul 10 D. "Setelah petugas di lapangan memastikan aman, kereta bisa lewat dan tetap dipandu."
Tak hanya infrastruktur yang terendam, pintu keluar masuk Tol Porong juga tergenang air setinggi 20 centimeter. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo langsung menerjunkan delapan pompa penyedot air guna mengurangi debit air. Dwinanto, humas BPLS, menuturkan ada dua pompa untuk menguras ketinggian air di sekitar rel dan ena, pompa di pintu keluar masuk tol Porong. Menjelang sore, ketinggian air yang menggenangi rel semakin menyusut. "Setiap pompa berkapasitas 30-50 liter per menit," ucapnya.
DIANANTA P. SUMEDI
Topik terhangat:
Rusuh KJRI Jeddah | Koalisi dan PKS | Perbudakan Buruh
Berita lainnya:
Edisi Khusus HUT Jakarta
Dosen UI Pengkritik Korupsi Jadi Tersangka
Aktris Ully Artha Meninggal Dunia
Alasan Jakarta Semakin Macet