TEMPO.CO, Jakarta--Kemacetan tetap menjadi momok penduduk DKI Jakarta di bawah pemerintahan Gubernur Jakarta Joko Widodo. Di tengah pertumbuhan penggunaan kendaraan pribadi, kondisi angkutan umum di Jakarta justru makin memprihatinkan.
Koran Tempo selama sepekan, mulai Senin 17 Juni 2013 akan membahas tentang persoalan Jakarta yang masih menjadi pekerjaan rumah Jokowi-Ahok. Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit mengatakan kondisi angkutan umum di Jakarta telah mengalami penurunan yang sangat signifikan.
"Sepuluh tahun lalu masyarakat pengguna angkutan umum masih 40 persen, sekarang tinggal 14 persen; sebagian besar terabsorbsi oleh sepeda motor," kata Danang dalam diskusi di kantor Tempo, Selasa, 4 Juni 2013.
Kondisi di atas tentu mempersulit harapan agar masyarakat beralih ke angkutan umum. Ibarat lingkaran setan, semakin sedikitnya penggunaan angkutan umum jelas akan semakin memperburuk kualitas angkutan itu. "Jumlah armada relatif sama atau konstan, sementara jumlah penumpang semakin sedikit, jelas pendapatan semakin turun, mereka tidak bisa memperbaiki kualitas pelayanan," kata guru besar transportasi UGM ini.
Buruknya kondisi angkutan umum, dikombinasikan dengan makin tingginya jumlah penduduk Jakarta dan kenaikan tingkat ekonomi ini diprediksi bakal membuat suram kondisi Jakarta pada 2014. MTI, ujar Danang, tetap pada proyeksinya bahwa kecepatan kendaraan di Jakarta pada saat peak di jam-jam kerja adalah 9 km/jam. "Lebih cepat dengan jalan kaki," ujar Danang.
Karena itulah menata organisasi angkutan umum, lanjut Danang, menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi Jokowi. Dengan demikian diharapkan terjadi peningkatan kualitas angkutan umum, dan masyarakat pun beralih menggunakan angkutan umum ketimbang kendaraan pribadi.
AMIRULLAH
Terhangat:
EDSUS HUT Jakarta | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah
Baca juga:
Kongres Dukung Jokowi Presiden 2014 di Bandung
Jokowi Tolak Bayar Sewa Stan di PRJ Kemayoran
Ada 'Kartel' Kerak Telor di PRJ Kemayoran
Ahok Rela Taman Monas Rusak Karena PRJ