TEMPO.CO, Surabaya - Kongres Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di Surabaya, Senin, 17 juni 2013, menyepakati pemecatan enam anggota Komite Eksekuif PSSI. Sebelumnya mereka diskors 10 tahun dalam kasus pemalsuan dokumen notulensi rapat pengesahan 18 Pengurus Provinsi PSSI sebagai peserta Kongres Luar Biasa PSSI di Jakarta, 17 Maret 2013.
Keenam anggota Komite Eksekutif itu ialah Farid Rahman, Tuti Dau, Widodo Santoso, Bob Hippy, Mawardi Nurdin, dan Sihar Sitorus.
“Saat kami tawarkan kepada peserta Kongres bagaimana posisi enam anggota komite eksekutif itu, forum sepakat agar mereka semua dipecat," kata Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husein di sela acara kongres tersebut.
Pemecatan enam anggota komite eksekutif yang banyak disebut merupakan gerbong reformasi di tubuh PSSI itu adalah buntut dari Kongres Luar Biasa yang menyatukan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia pimpinan La Nyalla Mataliti dan PSSI pimpinan Djohar Arifin.
Menurut Djohar, Kongres juga menyepakati pengangkatan empat anggota Komite Eksekutif baru untuk menggenapi komposisi jumlah anggota menjadi 15 orang. Selain itu Kongres telah menyepakati pembentukan komite banding dan komite banding pemilihan untuk memilih anggota Komite Eksekutif pengganti.
Pada kesempatan yang sama Wakil Ketua Umum PSSI, La Nyalla Mattalitti, menambahkan bahwa panitia telah mengundang keenam orang itu agar hadir di Kongres tahunan tersebut. Di forum tertinggi organisasi itu, kata dia, diharapkan Farid dan kawan-kawan menyampaikan pembelaan diri atas sanksi skorsing 10 tahun yang mereka terima.
Tapi, menurut La Nyalla, dari enam orang yang telah dikirimi undangan hanya Widodo yang merespon. Itu pun yang bersangkutan tidak bisa datang karena sedang di Korea Selatan. ”Jadi upaya kami menghadirkan mereka sudah maksimal,” kata dia.
La Nyalla mempersilakan keenam orang itu bila akan mempermasalahkan pemecatan mereka ke organisasi yang lebih tinggi, baik Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) maupun Asosiasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Bagi La Nyalla, keputusan yang diambil PSSI sudah sesuai prosedur organisasi.“Silakan mereka cari keadilan ke mana saja, saya tak peduli,” kata La Nyalla.
Salah seorang anggota Komite Eksekutif PSSI yang baru disahkan, Djamal Azis, membantah pemecatan Farid dan kawan-kawan sebagai upaya membersihkan kubu Arifin Panigoro dari kepengurusan PSSI. Menurut politisi dari Partai Golongan Karya ini, yang ingin dibersihkan PSSI justru orang-orang yang ingin memecah belah soliditas organisasi.
Namun Djamal enggan menyebutkan siapa orang-orang yang dianggap pemecah belah itu. ”Kamu kan tahu dan bisa mersakan sendiri,” kata dia kepada Tempo.
KUKUH S WIBOWO/ ARIEF RIZQI HIDAYAT
Topik terhangat:
Rusuh KJRI Jeddah | Koalisi dan PKS | Perbudakan Buruh
Berita lainnya:
Edisi Khusus HUT Jakarta
Dosen UI Pengkritik Korupsi Jadi Tersangka
Aktris Ully Artha Meninggal Dunia
Alasan Jakarta Semakin Macet