Perempuan yang alergi terhadap sperma ini kebanyakan berusia 20-30 tahun. Gejala yang dialami antara lain iritasi, buang air kecil terasa sakit dan eksim, gatal.
Dalam tulisan lain, yang diterbitkan dalam jurnal Human Fertility, Dr Carrol mengatakan bahwa gejala hipersensitivitas terhadap sperma (HHS) sering salah didiagnosa karena kesamaan gejalanya dengan kondisi lain, seperti dermatitis (radang kulit) dan beberapa penyakit menular seksual.
Hasil penelitian Dr Carrol menunjukkan bahwa alergi ini sebenarnya bukan murni disebabkan oleh sperma. Alergi ini disebabkan oleh glikoprotein dari prostat yang bertentangan dengan sel sperma. Sialnya, glikoprotein ini keluar bersamaan dengan sperma.
Ini berarti bahwa seseorang yang alergi terhadap air mani satu orang maka juga akan alergi dengan air mani orang lain, berganti-ganti pasangan tidak akan membantu mereka untuk menghindar dari alergi. Penggunaan kondom terbukti berhasil mengatasi kasus ini, tapi ini jelas bukan pilihan bagi mereka yang ingin memulai sebuah keluarga..
DAILYMAIL, HARTOP
Terhangat:
EDSUS HUT Jakarta | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah
Baca juga:
Kampung Durian di Lereng Merbabu
Kekayaan Budaya di Festival Kuliner Aceh 2013
Lebih Dekat dengan Satwa Dunia di Secret Zoo Batu
Kenali Malang Lewat Museum Malang Tempo Doeloe