TEMPO.CO, Malang - Anomali atau penyimpangan cuaca yang ditandai oleh tingginya intensitas hujan menurunkan hasil tangkapan ikan nelayan di pesisir selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dampaknya harga ikan menjadi mahal. Minimnya hasil tangkapan ikan ini dirasakan oleh ribuan nelayan di Pantai Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
Menurut Umar Hasan, Ketua Kelompok Nelayan Rukun Jaya, mulai April hingga Agustus sebenarnya cuaca sangat bagus untuk mendapatkan ikan. Tapi, justru sejak April hujan masih sering mengguyur.
Ketinggian gelombang yang mencapai 2,5 meter di perairan Samudera Indonesia juga menjadi halangan bagi nelayan yang akan melaut. Padahal Juni sampai Oktober seharusnya menjadi masa panen ikan karena cuaca sedang bagus-bagusnya.
"Cuaca sekarang tidak bersahabat. Ikan sangat susah didapat. Sekarang banyak nelayan ngaso (beristirahat) dulu. Sementara permintaan ikan dari Pasuruan, Surabaya, Probolinggo, dan daerah lain tetap tinggi sehingga harganya naik," kata Umar, Kamis, 20 Juni 2013.
Umar mencontohkan, nelayan kini hanya mampu menangkap ikan cakalang 200 kilogram per hari. Di masa cuaca normal mereka mampu menangkap 1,5 ton ikan per hari. Ikan tongkol kecil yang ditangkap kini paling banter 200 kilogram, jauh merosot dibanding tangkapan di masa cuaca normal antara 5 sampai 10 ton per hari. Adapun tangkapan ikan tengiri yang biasanya 100 kilogram, sekarang jumlah tangkapannya hanya dalam hitungan jari. Hanya tangkapan dan harga ikan tuna yang relatif stabil.
Sedikitnya jumlah ikan yang ditangkap mendongkrak harga ikan. Ikan cakalang, misalnya, naik dari Rp 12 ribu menjadi Rp 16 ribu per kilogram. Harga anakan ikan tuna naik dari Rp 13 ribu menjadi Rp 18 ribu per kilogram. Harga ikan layang naik dari Rp 7 ribu menjadi Rp 12 ribu per kilogram. Harga ikan tongkol kecil naik dari Rp 7 ribu menjadi Rp 12.500 per kilogram.
Kenaikan harga ikan tengiri paling tinggi. Harga normalnya antara Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu, tapi sekarang jadi Rp 40 ribu per kilogram. Sedangkan harga ikan tuna bertahan di kisaran antara Rp 35 ribu sampai Rp 40 ribu per kilogram.
Situasi cuaca yang tak menentu itu membuat para nelayan memilih untuk beristirahat. Sebab gelombang tinggi akan berbahaya bagi nelayan yang mengoperasikan kapal berdaya jelajah 50 mil dari garis pantai. Kapal jenis ini biasanya berupa kapal jaring (38 unit), kapal dayung (98 unit), dan speed boat (206 unit). Hanya kapal besar seperti sekoci (416 unit) yang mampu melaut antara 60 sampai 250 mil dari garis pantai. Kapal jenis ini berbobot antara lima sampai 10 GT (gross tone).
Alhasil, suasana di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondok Dadap di Dusun Sendangbiru tampak sepi. Triono, Ketua Nelayan Pantai Licin di Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, menginformasikan ketinggian gelombang 2,5 meter bisa bertambah bila disertai angin kencang.
Pergi melaut dalam cuaca tak bersahabat berisiko hilangnya nyawa. Karena itu, kata Triono, sebanyak 57 nelayan di Pantai Licin memilih bekerja di ladang. Tahun lalu mereka sempat libur melaut sepanjang Februari. "Akibatnya, tangkapan ikan kami nyaris nol," kata dia.
ABDI PURMONO