TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memperkirakan tekanan terhadap nilai tukar pada 2014 akan membaik seiring perbaikan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Tapi, nilai tukar rupiah tampaknya belum akan banyak menguat tahun depan.
Proyeksi bank sentral untuk nilai tukar sepanjang tahun 2013 dan 2014 masih sebesar Rp 9.500 - Rp 9.700 per dolar AS. "Perbaikan neraca pembayaran Indonesia akan mendorong nilai tukar rupiah di kisaran 9500 - 9700 per dolar pada 2014," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo, Kamis, 20 Juni 2013.
Menurut Agus, NPI akan membaik mulai semester II 2013 dan berlanjut hingga 2014. Perbaikan ini terjadi karena membaiknya transaksi berjalan serta transaksi modal dan finansial.
Defisit transaksi berjalan diperkirakan akan menurun didukung perbaikan kinerja ekspor non migas dan harga komoditas. Adapun transaksi finansial diperkirakan membaik seiring dengan kembali masuknya arus modal asing.
Belakangan nilai tukar rupiah terus melemah. Pada akhir Mei 2013, rupiah mulai menembus Rp 9.800 per dplar AS.
Mengacu pada data Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) rupiah berada di level Rp 9.927 per dolar AS pada perdagangan Kamis, 20 Juni 2013. Tahun ini, BI memperkirakan rata-rata kurs rupiah setahun di kisaran Rp 9.500 - Rp. 9.700. Adapun asumsi kurs dalam APBN Perubahan 2013 yakni Rp 9.600 per dolar AS.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri diperkirakan BI berada di kisaran 6,4 persen - 6,8 persen pada 2014, membaik dari target pertumbuhan ekonomi 2013 yakni 6,2 persen. Perbaikan terjadi karena kinerja ekspor berpotensi membaik seiring kenaikan laju pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan ekspor.
Berdasarkan konsensus proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, ekonomi global akan melaju lebih cepat tahun depan. Jika pada 2013 ekonomi global diproyeksi tumbuh 3,2 persen, pada 2014, ekonomi global diprediksi 3,8 persen.
Selain disokong perbaikan ekspor, Agus menjelaskan ekonomi tahun depan akan disokong oleh konsumsi domestik yang kuat, belanja pemilu dan turunnya inflasi. Lonjakan inflasi ke kisaran 7,2 persen - 7,69 persen pada 2013 diperkirakan BI hanya sementara.
BI optimistis inflasi akan kembali ke kisaran 3,5 - 5,5 persen pada 2014. "Potensi kenaikan inflasi jika harga BBM naik hanya bersifat sementara. Pada akhir kuartal 1 2014, indeks harga konsumen (IHK) diprediksi kembali pada level sebelum ada kenaikan BBM bersubsidi," kata Agus.
Stabilitas inflasi disokong membaiknya pasokan pangan dan tak adanya kenaikan harga barang yang bersifat strategis. Kondisi ini dodukung oleh peran aktif Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
MARTHA THERTINA