TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (persero) Hanung Budya mengatakan perusahaan melakukan impor bahan bakar minyak tambahan untuk BBM subsidi sebesar 2,2 juta barel. Tambahan BBM subsidi itu terdiri dari 1,2 juta barel solar dan 1 juta barel premium. "Impor tambahan ini merupakan antisipasi atas peningkatan kebutuhan menjelang kenaikan harga BBM dan hari libur," kata Hanung kepada wartawan di kantor Terminal BBM Jakarta Grup Plumpang pada Jumat, 21 Juni 2013.
Solar sebanyak 1,2 juta barel atau sekitar 200 ribu kiloliter tersebut bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan BBM nasional selama empat hari. Sementara itu, dengan tambahan impor premium sebesar 1 juta atau setara 170 ribu kiloliter, dapat memenuhi dua hari kebutuhan BBM nasional. "Tapi kalau melihat kebutuhan premium sekitar 100 ribu per hari, kelihatannya akan kurang dari dua hari," ujarnya. "Tapi lihat nanti situasinya, kalau tren naik, kami impor lagi."
Hanung menjelaskan, impor tambahan tersebut dilakukan di luar kontrak impor yang biasa dilakukan setiap tiga bulan. Meski tak menyebutkan secara implisit besaran anggaran yang dikeluarkan, Hanung mengatakan biasanya untuk memenuhi kebutuhan harian normal sebesar 450 ribu barel --terdiri atas premium, solar, dan avtur--, pertamina memerlukan valuta asing sebesar US$ 100-125 juta untuk mengimpor BBM.
Penambahan impor ini, menurut dia, harus dilakukan sebagai antisipasi atas peningkatan penyaluran BBM harian sehingga cadangan BBM tidak turun dari stok 18 hari.
AYU PRIMA SANDI
Terhangat:
Evaluasi Jokowi | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah
Baca Juga:
Hanura: Harga BBM Boleh Naik, Asalkan...
Spanduk Tolak Kenaikan BBM PKS Dicopot
Muhaimin: Yang Tolak BBM Naik, Tak Mengerti Masalah
Demokrat: Menteri PKS Lebih Baik Mundur
Istana: Ini Bukan Saat Tepat Provokasi Politik