TEMPO.CO, Jakarta--Ketua Dewan Pimpinan Daerah Hiswana Migas, Mohamad Ismeth mengatakan bahwa pihaknya sudah memberi imbauan untuk tidak menutup SPBU jelang kenaikan harga BBM. "Jika ada SPBU yang tutup tanpa alasan jelas akan mendapat sanksi," ujar Ismeth saat dihubungi Tempo, 21 Juni 2013.
Sanksi dari Pertamina berupa penghentian operasi SPBU tersebut selama sebulan. "Tidak mungkin ada yang bisa menimbun karena pasti nanti akan di rush," ujar Ismeth. Lebih lanjut Ismeth mengatakan jika stok premium dan solar habis, SPBU tetap harus buka karena masih ada pertamax dan lainnya.
Menurut Ismeth, pada tahun 2005 dan 2008 saat terjadi kenaikan harga pihaknya tidak pernah mendapat laporran tentang SPBU yang tutup tanpa alasan jelas, "Rasanya tidak ada ya, tapi waktu itu saya masih di daerah belum di pusat namun kalau di daerah tidak ada yang tutup," ujarnya.
Menjelang kenaikan harga BBM, pihak Hiswana Migas dan Pertamina sudah berkoordinasi dengan Kepolisisan selama seminggu terakhir untuk mengatur ketertiban di SPBU. Selain itu, stok BBM yang disediakan juga diatas rata-rata,"Kalau bisa semua tangki penuh," Ismeth menambahkan.
Sebelumnya, Juru Bicara Pertamina, Ali Mundakir menjelaskan lagi, pada dasarnya ketersediaan BBM terpantau aman secara nasional. Hanya, Pulau Jawa akan menjadi fokus utama ketersediaan pasokan. "Sebab, konsumsi kendaraan terbanyak kan di Jawa. Tapi di daerah lain tetap dijamin ketersediaan stoknya," kata Ali.
Sebagai gambaran, Pertamina mengoperasikan 112 Terminal BBM di seluruh Indonesia. Selain itu, sebanyak 200 tanker BBM disiapkan. Jumlah SPBU mencapai 5.027 unit dengan 92 ribu nossle di seluruh Indonesia. "Semua diminta beroperasi 24 jam," ujarnya.
TIKA PRIMANDARI
Terhangat:
Evaluasi Jokowi | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah
Berita lainnya:
Malam Ini Pengumuman Harga BBM Bersubsidi Naik
Pensil Bluetooth dan Gelang Komunikasi di SBMPTN
Soal Asap, Menkokesra: Singapura Jangan Mengeluh
Ada Soal Luthfi Hasan di Ujian, PKS Protes SMK