TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (persero) menyatakan lonjakan konsumsi liquefied petroleum gas (LPG/elpiji) ukuran 12 kilogram menyebabkan kerugian perseroan membengkak. Tahun ini, kerugian Pertamina dari bisnis elpiji diperkirakan akan mencapai Rp 6,5 triliun, sedangkan pada tahun lalu hanya Rp 5 triliun.
"Peningkatan potensi kerugian itu karena biaya-biaya naik, sementara harga (jual) enggak naik. Saat ini kami menanggung kerugian sebesar Rp 5.152 per kilogram untuk elpiji 12 kilogram," ujar Direktur LPG dan Produk Gas Pertamina, Gigih Wahyu Hari Irianto, kepada Tempo, Ahad 23 Juni 2013.
Menurut Gigih, Pertamina tidak bisa menahan pertumbuhan konsumsi elpiji 12 kilogram yang setiap tahunnya meningkat 5-8 persen. "Kebutuhan rumah tangga dan industri kecil untuk elpiji 3 kilogram akan selalu meningkat. Otomatis kekurangan pasokan akan diisi oleh elpiji 12 kilogram juga," ujar dia.
Untuk mengatasi kerugian, sebenarnya Pertamina berencana menaikkan harga elpiji dari Rp 2.116,7 per kilogram menjadi Rp 7.966,7 per kilogram. Artinya, harga elpiji 12 kilogram akan naik sebesar Rp 25.400 menjadi Rp 95.600 dari Rp 70.200 per tabung. Tapi hingga saat ini rencana itu ditolak pemerintah. "Kami kan pertimbangannya bisnis, sementara pemerintah (pertimbangannya) sosial-politik dan punya perangkat yang lebih lengkap."
Pertamina juga wajib mengimpor elpiji sebanyak tiga kargo, atau 1,32 juta ton, per bulan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Jika konsumsi semakin meningkat, perseroan terpaksa menambah impor sebanyak satu kargo, atau 44 ribu ton, elpiji.
Dua bulan terakhir, masyarakat di sejumlah daerah mengeluhkan kelangkaan dan mahalnya elpiji 12 kilogram. Elpiji yang biasanya dijual Rp 75 ribu per tabung harganya tiba-tiba melambung sampai Rp 125 ribu per tabung. Diduga, agen elpiji sengaja menahan stok untuk mengantisipasi rencana Pertamina menaikkan harga elpiji.
Juru bicara Pertamina, Ali Mundakir, meminta masyarakat melapor jika membeli harga gas di atas harga normal. "Tidak ada kebijakan kenaikan harga dari Pertamina. Masyarakat diimbau mencari agen resmi Pertamina yang menjual elpiji,” ujar dia. Dia mengatakan Pertamina mengoptimalkan SPBU sebagai outlet penjualan elpiji untuk memotong distribusi ke pangkalan dan penyalur yang nekat menjual gas dengan harga tinggi.
AYU PRIMA SANDI | ANANDA TERESIA
Terpopuler BisnisIklan
Scroll Untuk Melanjutkan
Blue Bird Akan Dukung Usulan Organda
Harga BBM Naik, Penjualan di Surakarta Turun
Pembebasan Lahan Tol Lubuk Pakam 60 Persen
Giliran MS Hidayat Bagi BLSM di Tegal Alur
Proyek Tol Medan-Kualanamu Tersandera Nilai Tukar