TEMPO.CO , Jakarta:Di Jakarta Selatan, ada Hotel Oak Tree, yang menyebut diri sebagai hotel urban pertama di Indonesia. Dilihat sekilas dari depan, wajah bangunan Oak Tree mirip hotel bujet bintang dua maupun tiga lainnya. Namun sang pemilik, Agnes Juniper Husodo, lebih suka menyebut Oak Tree sebagai hotel urban. “Meski sama-sama minimalis, kamar di Oak Tree lebih besar dibanding di hotel bujet. Kami lebih suka menyebut Oak Tree sebagai urban atau city hotel,” kata Agnes.
Cat abu-abu muda pada satu sisi dinding, berpadu dengan warna putih gading pada bagian lainnya, memberi kesan adem begitu memasuki ruang kamar deluxe Hotel Oak Tree. Keteduhan itu bisa membuat kita melupakan panas yang begitu menyengat di balik jendela kamar yang menghadap langsung ke jalanan kecil daerah Bulungan.
Meski nyempil di gang kecil, letak Oak Tree strategis karena berada di tengah pusaran kesibukan bisnis dan perbelanjaan Jakarta. Itulah sebabnya hotel ini menyasar ekspatriat, pebisnis lokal, dan pelancong berjiwa muda.
Hotel lain yang juga mengusung konsep urban adalah MaxOne. Seperti halnya Oak Tree, lokasi Hotel MaxOne juga sangat strategis, berada di Jalan Agus Salim atau lebih dikenal sebagai Jalan Sabang, yang merupakan kawasan wisata kuliner di Jakarta Pusat.
Arsitektur dan desain yang menarik memang menjadi salah satu kekuatan hotel jenis ini. Oak Tree, misalnya, menyuguhkan desain kamar yang cozy dan minimalis. Perabotan dalam kamar, seperti meja, kasur, dan televisi, disusun ringkas sehingga kamar tanpa partisi itu masih tampak longgar.
Kamar mandinya berukuran 4 meter persegi. Sesuai dengan standar hotel bintang dua dan tiga, kamar mandi Oak Tree, yang berdinding ubin motif marmer, hanya menyediakan shower berpemanas, tanpa bathtub. Namun perlengkapan seperti handuk, pengering rambut, serta toiletries tetap disediakan.
Nuansa abu-abu ditumpahkan Oak Tree pada sejumlah furnitur dan aksesori di dalam 65 kamar mereka, seperti karpet, detail pada seprai dan bed cover, serta lampu baca. Menurut Manajer Penjualan Oak Tree Andrizal Amran, abu-abu memberi kesan teduh. Kesan tenang itu diperkuat dengan penggunaan bahan kayu yang dipelitur cokelat gelap pada meja, safe deposit box, lemari, dan sandaran kasur.
“Abu-abu secara psikologis membuat penghuni kamar merasa tenang dan nyaman. Ini yang membedakan kami dengan hotel bujet yang warnanya cerah-cerah. Warna cerah tidak sesuai dengan konsep kami sebagai hotel yang homey, karena cenderung membuat orang tak betah di kamar,” kata Andri.
Gaya urban di Oak Tree dikawinkan dengan konsep kembali ke alam atau back to nature dan go green, seperti yang banyak diterapkan di hotel bujet di luar negeri. Konsep itu mewujud lewat penyediaan kertas daur ulang, alih-alih plastik, di setiap kamar; lampu langit-langit yang hemat energi; serta penempatan lampu meja kamar berdetail gelembung air yang merepresentasikan alam.
Tidak adanya cukup ruang untuk dijadikan taman di Oak Tree digantikan dengan pemasangan lukisan bergambar pohon di sepanjang lorong lantai 2 hingga 4. Lukisan-lukisan berukuran 2,2 x 2 meter itu sekaligus digunakan untuk menutupi perangkat listrik yang ada di baliknya, sehingga mengirit penggunaan semen untuk partisi.
Menurut Agnes Husodo, hotelnya memang sengaja memadukan dua konsep yang bertabrakan, urban dan back to nature, dalam arsitektur. “Kami ingin menghadirkan modernitas yang tidak bablas. Semodern-modernnya gaya hidup, alam juga mesti dijaga. Itulah mengapa, dalam pemilihan nama hotel dan restoran pun, kami memilih nama yang dekat dengan alam,” ujarnya.
ISMA SAVITRI | IQBAL MUHTAROM | RISANTI | QARIS TAJUDIN
Topik Terhangat
Razia Bobotoh Persib | Puncak HUT Jakarta | Penyaluran BLSM
Berita Terpopuler
Persib vs Persija Batal, Bobotoh Blokir Pintu Tol
Basuki: Jakarta Bukan Hanya untuk Orang Kaya
Macet 'Gila' di Perayaan Ulang Tahun Jakarta