TEMPO.CO, Jakarta-Deputi Direktur Stabilitas Sistem Keuangan Departemen Penetian dan Pengaturan Perbankan (DPNP) Bank Indonesia Dwityapoetra S. Besar mengatakan kredit perbankan untuk bisnis komoditas atau barang ekspor masih kecil. "Perbankan memang harus dukung pengembangan pembiayaan ekspor, tapi tetap memperhatikan risikonya," kata Dwityapoetra usai menghadiri peluncuran International Standar Banking Practice/ISBP Bilingual oleh International Chamber of Commerce, di Jakarta, Rabu, 26 Juni 2013.
Menurutnya, porsi kredit ekspor hanya 1,8 persen dari total kredit perbankan. Sedangkan porsi kredit impor 1,4 persen. Rasio kredit macet di sektor ini, diklaim rendah. "Itu artinya harus dijaga," katanya.
Dwityapoetra juga mendorong perbankan berperan dalam mengembangkan komoditas ekspor yang bernilai tambah. "Pembuatan smelter itu perlu didukung perbankan, disamping pengembangan industri hilir lainnya" katanya.
Jadi menurut dia, BI mendorong untuk intermediasi, mendorong dengan regulasi, agar ada kredit untuk ekspor impor tapi dengan kehati-hatian. Dwityapoetra menambahkan, semua sektor bisnis di Indonesia masih tumbuh positif dan prospektif.
Paling-paling, bisnis komoditas yang terpantau turun lantaran terdampak kondisi ekonomi global. "Tapi batubara masih ekspor yang kualitas bagus dan di domestik juga masih dipakai," katanya.
Idealnya, kata Dwityapoetra, pertumbuhan kredit bank untuk industri berada di kisaran 23 persen. Namun, semua tetap tergantung perekonomian. "Kalau demand tidak ada tidak bisa dipaksakan juga. Jangan hanya kasih kredit nanti jadi macet," ucapnya. Tapi, pasar ekspor dinilainya masih sangat luas. Ekspor ke negara-negara berkembang bisa menjadi alternatif penyaluran pembiayaan.
MARTHA THERTINA
Berita Lainnya:
Indonesia Jadi Tuan Rumah Forum Ekspor Dunia
Pabrik Wig di Kulon Progo Kebanjiran Pesanan
Volume Ekpor Mineral Tinggal 1,7 Juta Ton
Akhir 2012, Neraca Pembayaran Bisa Surplus Lagi
Tarif Listrik Naik Januari 2013