TEMPO.CO, Jakarta - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mempengaruhi pengeluaran rumah tangga masyarakat Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan perusahaan lembaga riset global, Kadence International, masyarakat memangkas pengeluaran pada kebutuhan tertentu serta menambah pengeluaran pada beberapa kebutuhan lainnya agar bisa beradaptasi dengan kenaikan harga BBM.
"Survei ini memberikan gambaran dan pemahaman bagaimana kenaikan BBM berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga masyarakat dan produk apa saja yang terkena imbasnya,” kata Managing Director Kadence Indonesia, Vivek Thomas dalam paparan yang berlangsung di Jakarta, Rabu, 26 Juni 2013.
Survei dilakukan terhadap 500 responden di Jabodetabek, Surabaya, Medan, Balikpapan, dan Makassar. Sebanyak 50 persen responden merupakan wanita dan 50 persen adalah pria. Usia responden berkisar dari 19-50 tahun. 70 persen responden merupakan pekerja dan sisanya tidak bekerja. Survei dilakukan pada 23 Mei hingga 3 Juni 2013 dengan margin error 4,38 persen.
Berdasarkan hasil survei, masyarakat rela mengurangi pengeluaran mereka di beberapa kategori barang kebutuhan seperti alokasi untuk tabungan (41 persen), makan di luar (57 persen), pakaian dan aksesoris (50 persen), dan rokok (34 persen) demi beradaptasi dengan kenaikan harga BBM.
Setelah kenaikan harga BBM, masyarakat akan menambah jumlah pengeluaran mereka untuk beberapa kebutuhan seperti air dan listrik (35 persen) dan BBM (18 persen). “Masyarakat kelas atas sulit pindah ke alat transportasi umum sehingga mereka tetap akan membeli BBM dan pengeluaran pun akan meningkat,” kata Vivek.
Pengeluaran pada beberapa pos kebutuhan tidak mengalami perubahan. Masyarakat akan tetap mengeluarkan uang yang sama dengan saat sebelum kenaikan BBM yaitu pada saat membeli obat-obatan (77 persen), kebutuhan perawatan badan seperti sabun, shampo, pasta gigi (71 persen), produk kebutuhan rumah tangga seperti deterjen, pelembut, baterai (69 persen), minuman (68 persen), pulsa isi ulang (67 persen), susu (64 persen), dan makanan (52 persen).
Berdasarkan kota, Surabaya menjadi kota yang paling banyak melakukan pemangkasan jenis pengeluaran. Berdasarkan survei ini, masyarakat Surabaya rela mengurangi enam kategori kebutuhan agar bisa beradaptasi. Warga Surabaya memangkas pengeluaran untuk membeli rokok, obat, minuman, makan di luar, pakaian dan aksesoris, serta tabungan. Warga Makassar memotong pengeluaran di lima kategori kebutuhan yaitu produk kebutuhan rumah tangga, makan di luar, pakaian dan aksesoris, air dan listrik, serta tabungan.
Warga di Jabodetabek, Medan, dan Balikpapan rata-rata melakukan pemangkasan pengeluaran pada jenis kebutuhan rokok, makan di luar, pakaian dan aksesoris dan tabungan. “Masyarakat Medan cenderung akan menurunkan pengeluaran untuk membeli pulsa isi ulang sementara warga Balikpapan akan meningkatkan pengeluaran untuk makanan jika BBM naik,” kata Vivek.
ANANDA TERESIA