Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kebun Raya Purwodadi Meneliti Pisang Unik

image-gnews
TEMPO/ Nita Dian
TEMPO/ Nita Dian
Iklan

TEMPO.CO, Pasuruan - Kebun Raya Purwodadi di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, meneliti pisang kates (Musa acuminata x Musa balbisiana). Pisang unik tersebut sebenarnya sudah ditanam sebagai koleksi sejak 1972 bersama ratusan spesies pisang lain. Kebun raya itu memiliki koleksi pisang 214 spesies, 103 kultivar dari tiga jenis induk silangan, dan satu marga.

Menurut peneliti pisang Kebun Raya Purwodadi (KRP) Lia Hapsari, pisang kates menjadi salah satu pisang kultivar kebanggaan KRP. Bentuknya sangat unik dan tidak ditemukan di luar Pasuruan. 

Pisang kates sudah sering berbuah. Tapi tak pernah diekspos sehingga luput dari perhatian peneliti. Akibatnya, informasi ihwal pisang kates nyaris tak ada. “Dulu ditanam sebagai koleksi saja,” kata Lia kepada Tempo, Kamis, 27 Juni 2013.

Penelitian pisang kates mulai dilakukan pada 2010. Selain untuk kepentingan sains, penelitian juga ditujukan untuk mengetahui potensi pisang kates sebagai pisang unggulan Pasuruan dan Indonesia. Hingga kini Lia baru bisa memaparkan deskripsi morfologi (penampakkan fisik) pisang kates.

Alumni Jurusan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor itu menjelaskan, karakteristik morfologi pisang kates sangat unik, berbeda dibanding pisang pada umumnya. Keunikan tampak jelas dari buahnya. Tidak bersisir dan tidak berbiji. Namun tumbuh soliter dengan bentuk membulat dengan ujung tumpul. Bentuknya menyerupai buah pepaya sehingga boleh disebut juga dengan nama pisang pepaya (papaya like-banana).

Pohon pisang kates berukuran sedang hingga besar dengan tinggi mencapai 3 meter. Batangnya semu berwarna hijau berlapis lilin tebal. Tandan pisang kates berukuran kecil hingga sedang dengan buah-buah soliter yang tersusun melingkar tak beraturan dan longgar.

Kulit buah tebal berlapis lilin, berwarna hijau saat muda dan kuning lemon saat matang. Daging buah yang sudah matang berwarna krem hingga kuning. Rasanya manis tanpa aroma. Dapat dikonsumsi sebagai pisang buah maupun pisang olahan. ”Masyarakat dari daerah asal pisang kates lebih menyukai makan pisang kates dalam kondisi segar,” ujar Lia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pisang unik tersebut aslinya berasal dari wilayah Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Lia belum pernah menjumpai kultivar serupa di daerah lain di Indonesia. Tapi pisang kates diketahui masih satu grup dengan pisang pitogo dari Filipina. Morfologi pisang kates dan pisang pitogo pun mirip.

Bedanya, pisang pitogo sudah menjadi kultivar populer yang dibudidayakan secara komersial di Filipina, dan telah dikenal penduduk Hawaii dan sekitar Kepulauan Pasifik.

Lia memaparkan, setelah penelitian morfologi, akan dilanjutkan dengan meneliti kandungan nutrisi dan gizinya agar bisa menjadi pisang unggulan Pasuruan dan Indonesia. Dengan begitu bisa dibudidayakan secara komersial.

KRP mengusulkan dan mengajak Pemerintah Kabupaten Pasuruan bekerja sama untuk mendaftarkan pisang kates sebagai kultivar lokal Pasuruan ke Kementerian Pertanian untuk mendapat perlindungan varietas tanaman (PVT) lokal.

Berdasarkan ketentuan Menteri Pertanian Nomor: 01/Pert/SR.120/2/2006 tentang Syarat Penamaan dan Tata Cara Pendaftaran Varietas Tanaman, pendaftaran varietas lokal hanya bisa dilakukan oleh pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) atau lembaga yang ditunjuk atau dibentuk sesuai lokasi sebaran geografis varietas lokalnya. Selaku wakil Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Pasuruan, KRP hanya memegang otoritas keilmuan.

ABDI PURMONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

21 hari lalu

Secara spesifikasi, Kia Ray dibekali baterai lithium-iron-phosphate (LFP) 35,2 kilowatt-jam. (Foto: Kia)
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.