TEMPO.CO, Lampung - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubdisi pekan lalu yang semula Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 ternyata mengganggu industri kopi Indonesia. Menurut Brand Manager Nescafe PT Nestle Indonesia, Michael Suwito, masalah tersebut berdampak pada pasokan produksi.
"Roda keberlangsungan, khususnya sektor hulu, sedikit terganggu," ujar Michael kepada Tempo dalam peluncuran kampanye The Nescafe Plan di Lampung, Kamis, 27 Juni 2013.
Proses hulu yang dimaksud, kata Michael, merupakan proses penanaman kopi yang dilakukan para petani. Menurut dia, masalah kenaikan BBM tersebut berdampak langsung pada petani itu sendiri, bukan industri. "Memang belum ada angka pastinya, tapi yang jelas dampaknya ke petani," ujar dia Kenaikan BBM, menurut Michael, memang tidak bisa dihindari. Namun, pertanyaannya sekarang adalah bagaimana para pelaku industri dan koorporasi menyikapi hal itu.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperind), Ansari Bukhari, mengatakan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) premium sebesar 44 persen hanya menyebabkan kenaikan biaya produksi rata-rata sebesar 1,2 persen. "Tidak terlalu signifikan terhadap sektor produksi," ujar dia.
Pasalnya, Ansari menjelaskan, sektor industri sudah lama menggunakan BBM non-subsidi. Jadi, sektor industri sudah paham bagaimana menanggulangi kenaikan harga BBM ini. "Kami tidak khawatir," kata Ansari.
Menteri Perindustrian Mohammad Suleman Hidayat menyatakan, industri kopi merupakan industri agro yang diprioritaskan oleh pemerintah. "Ini sudah diatur di Peraturan Presiden (PP) Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional," ujarnya.
AMRI MAHBUB
Topik terhangat:
Ribut Kabut Asap | PKS Didepak? | Persija vs Persib | Penyaluran BLSM
Berita lainnya:
Guru Ini Sebar Foto Bugil di Facebook
5 Tokoh Ini Dinilai Gunakan BLSM untuk Pencitraan
XL dan Axis Merger, Indosat Harus Waspada
Mengapa Popularitas Boediono Rendah