TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan layanan telekomunikasi di Aceh pasca-gempa masih terganggu. "Dalam artian, kadang bisa, kadang tidak," kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gatot S. Dewa Broto, saat dihubungi Tempo, Kamis 4 Juli 2013.
Ia menjelaskan, meski operator telekomunikasi melakukan "recovery", kondisi layanan telekomunikasi di Aceh belum normal. Menurut Gatot, penyebabnya adalah padatnya trafik komunikasi yang masuk dan keluar. Ia menyebut operator telah memiliki prosedur tetap (protap) pasca-bencana.
"Kita ada di wilayah cincin api, operator sudah terbiasa dengan bencana seperti gempa dan tsunami," ujarnya. Ada tiga protap yang dilakukan operator pasca-bencana. Pertama, pada 12 jam pertama, operator melakukan "recovery" darurat. Menurut Gatot, kepanikan publik tinggi pada 12 jam pertama sejak musibah terjadi, yang menyebabkan melonjaknya kebutuhan bertelekomunikasi.
Kedua, pada tiga hari pertama pasca-bencana, operator harus melakukan perbaikan. Ketiga, dalam sepekan pertama setelah bencana, operator pun diwajibkan memulihkan layanan telekomunikasi hingga normal. Gatot menjelaskan, gempa Aceh sempat membuat satu "base transceiver station" (BTS) milik Indosat tidak berfungsi karena tidak mendapat suplai listrik.
Namun gangguan tersebut hanya terjadi selama empat jam. "Di luar itu, tidak ada kerugian finansial, karena tidak ada kerusakan infrastruktur telekomunikasi," ujar Gatot.
Selasa 2 Juli 2013, gempa berkekuatan 6,2 skala Richter mengguncang Aceh. Lindu yang berpusat di Bener Meriah, disebabkan patahan sesar Sesangko. Bukan akibat aktivitas vulkanik Gunung Api Burni Telong yang ada di kawasan itu.
MARIA YUNIAR
Berita Lainnya:
Ada SBY, Tepuk Tangan Meriahnya untuk Jokowi
Saran Bank Dunia: Naikkan Lagi Harga BBM
BlackBerry Selidiki Penyebab Gangguan BBM
BNN: Novi Amilia Positif Gunakan Sabu
Kisruh Mesir, Mursi Ditahan Militer
Empat Alasan Presiden Mesir Digulingkan
FOTO : Presiden Terguling, Rakyat Mesir Pesta Kembang Api