TEMPO.CO, Jakarta -- Kepala Dinas Pendidikan Taufik Yudi Mulyanto membantah sistem zonasi penerimaan siswa baru dinilai menurunkan kualitas sekolah. "Justru positif karena siswa terpacu," katanya di Balaikota, Jakarta, Jumat, 5 Juli 2013.
Sistem zonasi diyakini membuat kualitas pendidikan di Jakarta lebih merata. Alasannya, siswa kategori pintar tidak terkumpul di satu sekolah seperti yang berlangsung selama ini.
Sistem zonasi siswa pintar menyatu dengan siswa yang lebih rendah derajat kepintarannya, Taufik menilai penyatuan ini bakal membantu siswa yang kemampuan akademisnya rendah terpacu untuk meningkatkan kemampuannya. Pola belajar siswa ini, lanjut Taufik, akan lebih teratur atau mengikuti gaya belajar siswa lain yang lebih cerdas.
Dampak positif lainnya, sekolah yang selama ini dianggap kurang favorit bakal terdorong kualitasnya setelah kedatangan siswa pintar. Taufik menilai sekolah disebut bukan unggulan karena siswa pintar enggan mendaftar ke sekolah ini. Taufik optimistis kedatangan siswa pintar mendorong kualitas sekolah. Alasannya, para guru akan lebih menyiapkan diri dan mengimbangi kecerdasan muridnya. "Guru harus meningkatkan kualitasnya karena siswa lebih cerdas dan kritis," katanya.
Guru yang membenahi pengetahuan dan kemampuannya meningkatkan mutu pembelajaran. Kualitas lulusan diyakini meningkat dan memperpendek kesenjangan kualitas lulusan antar sekolah. "Perbedaan tetap ada tapi tidak terlalu tajam."
Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Pasar Baru, Jakarta Pusat, Mudjono mengatakan sistem zonasi membuat jumlah pendaftar turun ketimbang tahun lalu. Pendaftar yang mencapai 600 orang tahun ini memperebutkan 180 bangku sekolah. Penurunan juga terjadi pada nilai terendah. Tahun lalu SMP Neger 4 menerima siswa baru dengan nilai terendah 7,6, setelah sistem baru nilai terendah 6,7. Mudjono mengatakan kejadian yang sama juga dirasakan sekolah lainnya.
DIMAS SIREGAR