TEMPO.CO, Jakarta- Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih memprediksi Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur hari ini akan menaikkan suku bunga acuan alias BI Rate sebesar 50 basis poin dari 6 persen menjadi 6,5 persen. Bila prediksinya benar, ia optimistis nilai tukar rupiah yang kini masih bercokol di level Rp 9.900 per dolar AS atau mendekat Rp 10 ribu-an bakal menguat.
“Kalau kenaikannya hanya 25 basis poin tidak cukup kuat untuk meredakan tekanan rupiah,” ujarnya saat dihubungi Kamis, 11 Juli 2013.
Lebih jauh, menurut Lana, Bank Indonesia sebetulnya menghadapi dilema dalam menaikkan suku bunga acuan. Sebab, pada bulan Ramadan seperti ini permintaan masyarakat atas uang meningkat sehingga likuiditas menjadi tinggi.
Namun posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika juga berada dalam posisi lemah. “BI harus memilih apakah menurunkan likuiditas atau meredakan tekanan rupiah,” ujarnya.
Namun menurut dia, langkah paling tepat yang harus dilakukan BI adalah meredakan tekanan rupiah terlebih dahulu. Ke depan tidak dapat dipungkiri bila kenaikan suku bunga acuan ini akan mengerek suku bunga kredit. “Ini pasti terjadi.”
Keputusan BI Rate hari ini juga ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar saham. Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, sebelumnya menyatakan kinerja emiten di semester kedua tahun ini baru bisa dilihat setelah pemerintah menetapkan besaran BI Rate untuk Juli ini.
"Pertumbuhan emiten di sektor properti dan otomotif itu lebih dipengaruhi oleh para investor yang menunggu pengumuman BI Rate," kata Satrio saat dihubungi Tempo pada Rabu lalu.
Menurut Satrio, bank sentral juga harus mencermati penguatan kurs dolar AS terhadap mata uang selain rupiah dalam menentukan BI Rate. Dengan penentuan BI Rate secara hati-hati, penggunaan cadangan devisa pun bisa lebih optimal.
PRAGAUTAMA | ISMI DAMAYANTI