TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih menilai, kisaran asumsi dasar pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014 tak realistis. Iklim investasi Indonesia yang belum stabil tak mampu menarik para investor. "Kecuali jika ada mega proyek infrastruktur pada 2014," kata Lana ketika dihubungi Tempo, Kamis, 11 Juli 2013.
Kemarin, Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah sepakat menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi 2014 antara 6,4 dan 6,9 persen. Ketua Badan Anggaran Ahmadi Noor Supit mengatakan, kisaran itu ditentukan karena ekonomi global diperkirakan membaik dan volume perdagangan dunia juga meningkat. "Kondisi perekonomian global diperkirakan akan membaik pada 2014," ujar dia.
Selain itu, kata dia, pencapaian target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2014 juga didukung oleh konsumsi domestik. Penyelenggaraan Pemilihan Umum 2014 mendatang juga menjadi salah satu faktor meningkatnya konsumsi domestik. "Daya beli masyarakat masih tinggi," kata dia.
Namun, menurut Lana, adanya investasi yang tertunda menyebabkan pasar ekspor impor melemah. Hal ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir 2013 menyusul kemerosotan ekonomi Cina sejak kuartal II pada tahun ini. Selain itu, penyerapan belanja modal juga belum maksimal. "Diperkirakan belanja modal hanya 60-65 persen hingga akhir tahun," ujar Lana.
Dia pun menyatakan, momentum Pemilihan Umum 2014 mendatang ditengarai menyebabkan daya beli masyarakat turun akibat situasi politik yang belum menentu. Sehingga, kata Lana, angka pertumbuhan ekonomi pada 2014 maksimal di angka 6 persen.
LINDA HAIRANI
Topik Terhangat:
Ramadan| Bursa Capres 2014 | Ribut Kabut Asap | Tarif Progresif KRL | Bencana Aceh
Terpopuler:
5 Manfaat Berciuman bagi Kesehatan
Korupsi Simulator, KPK Periksa Lagi Jenderal Nanan
Demi Kebersihan, Kini Ada Urinoir dengan Wastafel