TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan di telinga, menurut dokter Darmawan B. Setyanto, adalah kondisi yang wajar terjadi di dalam pesawat udara. Tapi gangguan telinga pada bayi saat terbang sulit diatasi. Karena otot motorik bayi masih dalam perkembangan. "Biasa kalau bayi suka nangis dan tidak bisa ditenangkan menjelang pesawat take off atau landing itu karena gangguan telinga," kata dokter dari Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Gangguan dipicu perbedaan tekanan udara antara sisi bagian luar dan sisi bagian dalam telinga saat manusia berada dalam perbedaan ketinggian di waktu yang cepat. Situasi yang sama terjadi saat posisi pesawat lepas landas (takeoff) dan mendarat (landing). Pergantian tekanan udara yang cepat antara kabin dan telinga bagian dalam akan mendorong gendang telinga ke arah luar. "Itu terasa sakit," kata Darmawan. Efeknya adalah tidak bisa mendengar sementara waktu.
Mengatasinya sebenarnya cukup mudah, yaitu membuat keseimbangan antara sisi bagian dalam sisi luar telinga, lewat saluran eustachius. Saluran ini menghubungkan rongga telinga bagian tengah dengan rongga mulut. "Saluran ini akan terbuka saat melakukan gerakan menelan, makanya di pesawat suka dibagikan permen," ujar Darmawan.
Bila eustachius sudah terbuka, keseimbangan kembali normal, dari yang tadinya merasa "budeg" sesaat, akan bisa mendengar penuh. Pada bayi yang sehat, tidak akan ada masalah untuk membuat saluran eustachius terbuka. Bisa dengan memberinya air susu ibu, dot, atau makanan lembut yang membuatnya melakukan gerakan menelan.
Tapi, Darmawan menambahkan, bayi yang menderita salesma (penyakit batuk, pilek, dan demam), bagian telinga dan hidungnya mengalami peradangan. Jadi, saluran eustachius-nya tidak berfungsi. "Kalau anak-anak mengalami salesma, akan sakit sekali saat mengalami perbedaan tekanan," ujar dia.