TEMPO.CO, Damaskus - Komandan tertinggi Tentara Pembebasan Suriah (FSA), Senin, 15 Juli 2013, meradang setelah Inggris membatalkan rencana pengiriman senjata buat mereka. FSA menuding Perdana Menteri Inggris David Cameron telah berkhianat.
Dalam sebuah wawancara dengan Daily Telegraph, Inggris, Komandan FSA, Jenderal Salim Idriss, mengatakan, "(Inggris) telah membiarkan kami tewas dibunuh oleh Presiden Bashar al-Assad yang pasukannya didukung oleh para pejuang dari Iran dan Hizbullah Lebanon."
Idriss menambahkan, "Janji Barat tinggal janji, ini sekarang menjadi guyonan. Saya tak punya kesempatan bertanya kepada David Cameron secara pribadi jika dia akan meninggalkan kami sendirian untuk dibunuh. Atas nama seluruh rakyat Suriah, saya ucapkan banyak terima kasih kepada Anda."
"Apakah sahabat-sahabat kami di Barat sedang menunggu?" tanya Idriss. "Supaya Iran dan Hizbullah membunuh seluruh rakyat Suriah?"
Pada Senin, 15 Juli 2013, Cameron membatalkan rencana pengiriman senjata kepada pemberontak. Menurut Telegraph, pembatalan itu sesuai dengan saran Dewan Militer Inggris, meskipun pada dua bulan sebelumnya Uni Eropa telah mengakhiri embargo senjata untuk Suriah.
"Komandan militer di Dewan Keamanan Nasional Inggris memperingatkan Downing Street bahwa konflik yang sekarang terjadi bakal kian meningkat dengan mempersenjatai (pemberontak)," tulis Telegraph.
AL ARABIYA | CHOIRUL
Baca juga
Yakuza Invasi ke Indonesia
Soal Jokowi, Prabowo: Saya yang Bawa Dia dari Solo
Ahok: Pasar Tanah Abang Bukan Punya Emak Mereka
Lelang, Mobil Mewah Wapres Diduga Hasil Cuci Uang
Hakim Beda Pendapat Soal Perkara Luthfi Hasan