TEMPO.CO, Jakarta - Bank BJB berhasil membukukan laba bersih Rp 747 miliar atau meningkat 24,5 persen dari periode yang sama pada tahun lalu. Hal itu disampaikan Direktur Utama Bank BJB Bien Subiantoro dalam konferensi pers usai pertemuan analis di Four Seasons Hotel, Jumat, 19 Juli 2013.
Laba tersebut, kata Bien, merupakan laba konsolidasi antara Bank BJB dan Bank BJB Syariah. Keuntungan terbesar dari kredit mikro dan konsumen. "Pertumbuhan mikro ini mencapai 51 persen di luar prediksi kita," kata Bien.
Bien menyatakan, pertumbuhan tersebut mencerminkan meningkatknya aktivitas bisnis Bank BJB dengan posisi return on asset sebesar 2,2 persen serta return on equity 24,4 persen, dengan NIM 8,2 persen. "NIM 8,2 persen itu juga di luar prediksi kami yang pada awal tahun hanya memperkirakan pencapaian sekitar 6,8 hingga 7,2 persen," kata Bien.
Bien memperkirakan, dengan pengaruh inflasi dan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, pertumbuhan mikro tidak akan sebesar pencapaian semester I. "Mikro itu kan sektor yang terhitung produktif, pengaruh kenaikan BBM dan inflasi pasti besar," ujarnya. Untuk proyeksi kenaikan, Bien memperkirakan 30 hingga 40 persen sudah bisa memuaskan.
Diprediksi tumbuh lebih lambat di semester II 2013, Bank BJB bermaksud untuk memperkuat pengendalian biaya operasional serta meningkatkan kualitas kredit secara keseluruhan. "Kenaikan BI rate 50 basis poin menjadi pertimbangan kami untuk menekan penyaluran kredit mikro dan konsumsi," kata Bien.
Menghadapi likuiditas yang akan semakin ketat di semester II, Bien menyatakan Bank BJB akan menyokong pertumbuhan dari bunga deposito. "Akan ada kenaikan mulai 50 hingga 100 basis poin untuk deposito di semester II," katanya.
ISMI DAMAYANTI
Berita Lain:
Rupiah Terus Menguat
Rupiah Tembus di bawah Level 8.900 per Dolar AS
Rupiah Ikuti Kenaikan Indeks Saham
BI Rate Turun, Rupiah Melemah 15 Poin
Rupiah Menguat Tipis 15 Poin ke 8.950 per Dolar AS