TEMPO.CO, Surabaya- Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar Jawa Timur Muthowif tidak keberatan menjual daging segar lebih murah ketimbang harga yang dibanderol Pemerintah Kota Surabaya. Dengan catatan, daging operasi pasar Pemkot Surabaya berasal dari Rumah Pemotongan Hewan daerah sekitar.
Jika daging sapi yang dijual Pemkot Surabaya hasil impor, Muthowif enggan menjual dagingnya di bawah harga operasi pasar. Bukan itu saja, ia mengancam akan berjualan disamping lokasi operasi pasar dan bersaing secara langsung dengan menawarkan harga lebih murah. "Kita akan berjualan disamping operasi pasar dengan kualitas sama tapi harga di bawahnya," kata Muthowif, Jumat, 19 Juli 2013.
Muthowif menyatakan bersedia memasang harga Rp 75 ribu per kilogram bila harga daging operasi pasar dibanderol Rp 78 ribu per kilogram. Para jagal dan pedagang sapi masih ragu soal penyataan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang mengatakan daging operasi pasar berasal dari RPH Kota Surabaya.
Sebab setelah berkoordinasi dengan sesama jagal, kata Muthowif, tidak ada jagal yang memasok untuk RPH Surabaya. "Di RPH Pegirian dan Kedurus tidak pernah ada daging beku seperti yang dipakai operasi pasar oleh Pemkot Surabaya," kata dia.
Secara fisik dan kasat mata, dia prihatin dengan daging operasi pasar yang dijual di Surabaya. Harga daging beku sebesar Rp 78 ribu per kilogram dianggap terlampau mahal dan merugikan masyarakat. Muthowif curiga, operasi pasar hanya dijadikan pembenar bahwa jagal dan pedagang daging hanya akan mengambil untung besar. Padahal, menurut Muthowif daging sapi segar mahal karena harga sapi siap potong di pasar tradisional sudah mahal.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menggelar operasi pasar daging sapi di 67 pasar di Kota Surabaya, kemarin. Ia menjual daging sapi hanya Rp 78 ribu per kilogram, lebih murah ketimbang daging lokal yang bertengger pada kisaran Rp 87 ribu - Rp 95 ribu.
DIANANTA PUTRA SUMEDI