TEMPO.CO, Yogyakarta - Guguran di puncak Gunung Merapi yang menyebabkan semburan asap bewarna coklat kehitaman selama 34 menit memaksa ribuan warga lereng Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah mengungsi, Senin 22 Juli 2013. Guguran itu terjadi pada pukul 04.4 hingga 04.22 WIB. “Terdengar susara guguran dari pos Kaliurang,” kata Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Senin 22 Juli 2013.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Joko Sudibyo mengatakan, berdasarkan pantauan di Pos Babadan, terdengar suara dentuman dan gemuruh yang keras dari Gunung Merapi sekitar pukul 04.15 WIB. Dentuman terjadi kurang lebih 10 menit. Dentuman itu membuat penduduk di sekitar Babadan panik dan segera keluar rumah untuk evakuasi. "Namun setelah ditunggu beberapa lama, keadaan aman," kata Joko. Hujan abu tidak mengarah ke wilayah Magelang, melainkan ke Sleman dan Klaten.
Baca Juga:
Menurut Yatmi, 60 tahun, warga Dusun Trono, Krinjing, Dukun, pagi hari setelah dia dan keluarganya makan sahur, dia mendengar suara dentuman keras dari Merapi. Keluarganya panik. "Saya sudah siap mengungsi. Saya trauma bila ada letusan lagi," katanya.
Guguran itu menunjukkan peningkatan aktivitas Merapi. Asap bewarna coklat kehitaman setinggi 1000 meter terlihat dari Pos Ngepos, Boyolali, Jawa Tengah, yang diikuti dengan hujan pasir di dusun di lerang Merapi dan hujan abu di wilayah sekitar Gunung Merapi. Bau belerang menyengat menyebar di kawasan wisata Kaliurang hingga Pakem. Bahkan hujan abu sampai di Kota Yogyakarta, sekitar 30 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Mobil-mobil yang berada di tempat terbuka terlihat banyak yang tertempel abu vulkanik Merapi.
Sekitar 1000 penduduk di wilayah Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengungsi. Kawasan itu merupakan daerah rawan bencana III Gunung Merapi. Dari Desa Glagaharjo, warga yang diungsikan 650 orang. Sedangkan dari Desa Umbulharjo ada sebanyak 500 orang yang dievakuasi ke balai desa setempat. Warga berada di tempat pengungsian sekitar lima jam.
Hujan pasir dan abu juga mengguyur sejumlah desa di Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. Seribuan warga mengungsi karena hujan pasir itu terasa panas. Mereka kembali ke rumah setelah kondisi dipastikan aman. "Ada sekitar seribu orang yang mengungsi di kantor kecamatan," kata Camat Kemalang, Bambang Haryoko.
Pengungsi kembali ke rumah sekitar pukul 06.00 WIB setelah hujan pasir dan abu mereda. “Saat ini status Merapi masih Aktif Normal,” ujar Sri Sumarti, Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta. Tapi, katanya, warga dan penambang pasir di sekitar gunung diminta selalu waspada. “Karena sewaktu-waktu Merapi bisa saja erupsi yang lebih besar.” Menurut dia, lembaganya masih mengevaluasi aktivitas Merapi.
MUH SYAIFULLAH | OLIVIA LEWI PRAMESTI | AHMAD RAFIQ
Terhangat:
Bentrok FPI | Bisnis Yusuf Mansyur | Aksi Liverpool di GBK
Baca juga:
Ini Alasan Jokowi Tak Gelar Operasi Yustisi
Diwawancarai Wartawan, Petugas Kebersihan Dimarahi
Kenapa Tanjung Priok Macet Total?
Ahok Tak Mau Gubris Pebisnis Fatmawati