Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ekspedisi Kampung Arab di Banyuwangi  

image-gnews
Selat Bali di Watu Ulo, Banyuwangi. TEMPO/ Arie Basuki
Selat Bali di Watu Ulo, Banyuwangi. TEMPO/ Arie Basuki
Iklan

TEMPO.CO, Banyuwangi - Dua foto kuno itu terpasang di ruang Kepala Sekolah Menengah Pertama Al Irsyad, Banyuwangi, Jawa Timur. Foto itu diambil saat Syeikh Ahmad Soorkaty, tokoh pendiri Al Irsyad, meresmikan Sekolah Dasar Al Irsyad di Banyuwangi pada 1927 silam. Tampak Soorkaty bersama puluhan siswa keturunan Arab bergambar di depan gedung sekolah yang didirikan oleh seorang pedagang asal Sudan, Afrika.

Saya dan puluhan mahasiswa serta pelajar, takjub melihat dua foto lawas itu. Beberapa orang di antara kami mengabadikan ulang foto itu dengan kamera masing-masing. Sebagian yang lain mencatat penjelasan dari Kepala SMP Al Irsyad, Ali Bakrisuk, yang menjadi pemateri pada acara bertajuk Ekpedisi Kampung Arab akhir pekan lalu.

Acara tersebut digelar oleh Komunitas Pecinta Sejarah Blambangan. Dan, Sekolah Al Irsyad merupakan tempat pertama yang kami kunjungi dalam ekspedisi selama dua jam itu.

Gedung SD Al Irsyad yang asli sudah tidak berbekas, berganti menjadi Pasar Blambangan. Sekitar tahun 1965, sekolah Al Irsyad pindah ke lokasinya yang sekarang, yakni di depan Pasar Blambangan, di Jalan Basuki Rahmat. "Dulu hanya menerima murid keturunan Arab. Namun setelah Indonesia merdeka, siswa non-Arab banyak yang sekolah di sini," kata Ali Bakrisuk.

Ekspedisi Kampung Arab digelar untuk mengenalkan sejarah dan budaya komunitas Arab di Banyuwangi kepada generasi muda. Komunitas Arab berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Banyuwangi. "Dulu, Banyuwangi yang bernama Blambangan menjadi kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa," ujar ketua panitia Ekspedisi Kampung Arab, Ira Rachmawati.

Komunitas Arab di Banyuwangi, kata Ira, sesungguhnya berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan. Mereka datang ke Banyuwangi pada awal abad ke-XVIII untuk berdagang di Pelabuhan Ulu Pampang, yang sekarang bernama Muncar. Ulu Pampang, saat itu menjadi pelabuhan tersibuk di Selat Bali, dan menjadi ibu kota terakhir Kerajaan Blambangan.

Setelah VOC/Belanda menguasai Blambangan tahun 1774, ibu kota dipindahkan ke kota Banyuwangi seperti saat ini. Tahun 1866, Belanda memberlakukan sistem perkampungan dan kartu tanda jalan (wijkenstelsel dan passenstelsel), yaitu pembagian pemukiman penduduk berdasarkan ras. Sehingga, komunitas Arab diwajibkan tinggal di Kampung Arab dan harus pakai surat jalan bila masuk ke kampung etnis lain.

Menurut catatan L.W.C. van den Berg dalam buku "Orang Arab di Nusantara", jumlah orang Arab di Banyuwangi pada tahun 1885 sebanyak 356 orang. Terdiri dari 84 laki-laki, 25 perempuan, dan 247 anak yang lahir di Banyuwangi.

Bekas Kampung Arab itu saat ini berada di Jalan Belitung dan Jalan Bangka, Kelurahan Lateng, 3 kilometer arah utara kota Banyuwangi.

Para peserta ekspedisi diajak menjelajahi bekas Kampung Arab tersebut, serta melihat kehidupan mereka dari dekat.

Dari sekolah Al Irsyad, kami berjalan kaki sekitar 100 meter ke arah utara. Di sepanjang perjalanan, banyak toko yang didirikan orang Arab, yang menjual pakaian muslim, bahan bangunan, minyak wangi, hingga kuliner khas Arab. Rupanya di Jalan Basuki Rahmat inilah ekonomi komunitas Arab dipusatkan.

Rombongan saya berhenti sejenak di sebuah masjid, dengan sembilan menara setinggi 27 meter. Arsitektur masjid ini memang dibuat mirip Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi. Nama Al Hadi ditorehkan sebagai tanda penghormatan terhadap sang pendiri, yakni Al-Habib Hadi Bin Abdullah Al-Haddar.

Masjid yang dibangun di atas tanah seluas satu hektare tersebut didirikan oleh para habib alias golongan Alawy pada 1967. Komunitas Arab memang mengenal dua golongan, yaitu golongan Alawy yang menganggap keturunan Nabi Muhammad SAW dan golongan Syaikh yang terdiri dari kelompok terpelajar. "Sebelum mendirikan masjid sendiri, dua golongan ini melaksanakan ibadah di masjid At Taqwa," Ali Bakrisuk menjelaskan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kami hanya sepuluh menit di masjid ini. Kemudian kami menyeberang jalan dan tiba di makam Sayyid Datuk Abdurahim Bauzir. Dia dipercaya sebagai ulama dari Hadramaut yang melakukan syiar Islam di Jembrana, Bali, dan Banyuwangi, pada awal 1800an. Bauzir meninggal tahun 1876 dan makamnya kini didatangi banyak peziarah dari dalam maupun luar Banyuwangi. Di sisi lain, menurut Bakrisuk, budaya orang Arab tak mengenal tradisi berziarah ke makam. "Makam ini memang masih kontroversi," ucapnya.

Kemudian kami memasuki bekas Kampung Arab di Jalan Belitung, lalu berlanjut ke Jalan Bangka. Sekilas memang tak ada perbedaan dengan pemukiman komunitas non-Arab, selain penghuninya yang berwajah khas Timur Tengah, berhidung mancung dan berkulit langsat. Rumah-rumah kuno dari kayu hanya tersisa beberapa, selebihnya bangunan rumah bergaya modern.

Kami mampir ke rumah Ika Abbas Bauzier, salah seorang pembuat hena dari kulit. Setiap bulan Ramadan hingga menjelang Lebaran nanti, orang Arab memang gemar memasang hena di tangan maupun kaki. Motifnya beragam, tapi umumnya motif bunga. Tarifnya dibanderol Rp 5.000 hingga Rp 300 ribu, tergantung motif dan pernak-pernik yang dipakai. "Bahannya impor langsung dari Arab," tutur Ika.

Kami kemudian menempuh jarak 300 meter, menuju Pantai Ancol di ujung kampung. Pantai di Selat Bali ini berperan penting untuk menunjang ekonomi orang Arab di masa lampau. Dulunya, orang Arab masih banyak yang mencari ikan dan mengirimkan dagangannya melalui laut. Namun saat ini, laut mengalami pendangkalan dan aktivitas ekonomi orang Arab akhirnya berpusat di darat.

Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah masjid At Taqwa. Inilah masjid pertama yang dibangun komunitas Arab. Luas lahannya hanya sekitar setengah hektare. Sebelum membangun masjid sendiri, golongan Alawy dan Syaikh menjalankan ibadahnya bersama-sama di masjid ini.

Lelah menjelajah Kampung Arab, acarapun diakhiri dengan buka bersama di sekretariat PC Al Irsyad. Kami disuguhi kuliner khas orang Arab, yakni roti maryam dibalur dengan gulai kacang hijau. Rasanya yang gurih membuat selera makan menjadi lahap.

Nyatalah, keberadaan orang Arab tidak hanya membawa Islam ke Nusantara. Mereka juga ikut berperan dalam mencerdaskan bangsa, dan tentunya memperkaya kebudayaan Indonesia.

IKA NINGTYAS

Terhangat:
Front Pembela Islam | Bisnis Yusuf Mansur | Daging Impor

Berita lain:
Melawan FPI, Tiga Orang Kendal Ditangkap Polisi
Jokowi: Blusukan Modalnya Jalan Kaki
FITRA: Gaya Blusukan Jokowi Mirip Artis
SBY Minta Polisi Tindak Tegas FPI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

35 hari lalu

 Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Siti Nugraha Mauludiah (kedua dari kiri) dan Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia Ina Lepel (kedua dari kanan) menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama tentang operasional Goethe-Institut di Indonesia di Goethe-Institut Jakarta, Kamis, 14 Maret 2024. Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Dr Stefan Dreyer (kanan) dan Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Ani Nigeriawati (kiri) menyaksikan penandatanganan ini. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Jerman di Jakarta
Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.


3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

42 hari lalu

Sejumlah warga mengikuti tradisi keramas bersama di bantaran Sungai Cisadane, Kota Tangerang, Banten, Selasa, 21 Maret 2023. Tradisi keramas bersama tersebut sebagai simbol membersihkan diri menjelang Ramadan. ANTARA FOTO/Fauzan
3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

Menjelang Ramadan, masyarakat di sejumlah daerah kerap melakukan berbagai tradisi unik.


Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

5 Februari 2024

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kompak menyindir politisasi bantuan sosial atau Bansos di depan Prabowo Subianto dalam debat Capres terakhir.


Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

5 Februari 2024

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

Segini besar anggaran dana abadi budaya yang sudah dikantongi Kementerian Keuangan sebelumnya.


Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

2 Februari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

Debat capres terakhir, 4 Februari 2024 salah satunya mengusung tema kebudayaan. Begini harapan budayawan, pekerja seni, dan sastrawan?


Anies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya

24 Januari 2024

Gubernur DIY Sri Sultan HB X menemui capres 01 Anies Baswedan di Yogyakarta Rabu (24/1). Tempo/Pribadi Wicaksono
Anies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya

Anies Baswedan janji kepada warga Desak Anies di Rocket Convention Hall, Sleman, Yogyakarta. Anies menjanjikan Yogyakarta menjadi Kancah Baur Budaya.


Mengenal Apa Itu Globalisasi, Penyebab, hingga Dampaknya

23 Januari 2024

Globalisasi adalah proses integrasi dan interaksi antar negara. Ketahui pengertian globalisasi, penyebab, hingga dampaknya di artikel ini. Foto: Canva
Mengenal Apa Itu Globalisasi, Penyebab, hingga Dampaknya

Globalisasi adalah proses integrasi dan interaksi antar negara. Ketahui pengertian globalisasi, penyebab, hingga dampaknya di artikel ini.


Indonesia Terpilih Jadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre

18 Januari 2024

Indonesia terpilih memimpin Kelompok Kerja Pariwisata dan Budaya ASEAN Korea Centre periode 2024. Sumber: dokumen KBRI Seoul
Indonesia Terpilih Jadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre

Indonesia terpilih untuk menjadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre dari 11 perwakilan negara anggota ASEAN di Seoul


Ganjar Pranowo Sebut Potensi Viralisme di Ekspor Budaya Populer, Apa Maksudnya?

7 Januari 2024

Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo memberikan keterangan saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Ganjar Pranowo Sebut Potensi Viralisme di Ekspor Budaya Populer, Apa Maksudnya?

Ganjar Pranowo mengatakan budaya populer nusantara dapat dipromosikan lebih luas melalui teknologi digital, yaitu viralisme.


Sandiaga Dorong Budaya Indonesia Go International: Lagu Dangdut Banyak Disetel di Korea Selatan

30 November 2023

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memberikan keterangan pers usai acara peringatan Hari Ekonomi Kreatif Nasional di Balairung Soesilo Soedarman, Kemenparekraf, Jakarta pada Selasa, 24 Oktober 2023. TEMPO/Ami Heppy
Sandiaga Dorong Budaya Indonesia Go International: Lagu Dangdut Banyak Disetel di Korea Selatan

Menparekraf Sandiaga Uno mengklaim bahwa masyarakat Korea Selatan juga mulai menggemari budaya Indonesia atau I-Pop.