TEMPO.CO, Bogor - Peneliti Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor mengatakan, hormon penggemuk atau pertumbuhan bagi hewan ternak lazim digunakan, termasuk oleh peternak sapi di Australia. Namun, peternak harus memperhitungkan waktu penyuntikan hormon dengan pemotongan ternak. Hal itu agar hormon tidak tersisa dalam daging.
"Setelah berbentuk daging tetap harus memiliki kadar hormon nol atau tidak terdeteksi hormon. Dagingnya dipastikan aman dikonsumsi masyarakat, walaupun sapi hasil penggemukan dengan hormon sterol," kata Peneliti Balitvet Bogor, Yulvian Sani, di kantornya, Rabu, 24 Juli 2013.
Menurut Yulvian, masyarakat tetap harus mewaspadai daging sapi impor yang masih mengandung hormon. Sebab, kadar hormon yang tinggi di dalam daging dapat membahayakan kesehatan, terutama kaum laki-laki. Daging mengandung hormon penggemuk yang dikonsumsi pria bisa menyebabkan kemandulan.
"Daging impor yang sekarang didatangkan ke Indonesia, saya yakin aman dikonsumsi. Karena bersertifikat halal. Keluarnya sertifikat halal, mencakup semuanya, termasuk kesehatan hewan itu sendiri," Yulvian menjelaskan. "Terkait impor daging ini, Balitvet belum melakukan penelitian."
ARIHTA U. SURBAKTI
Topik Terhangat
Bayi Kate Middleton | Front Pembela Islam | Bisnis Yusuf Mansur | Aksi Chelsea di GBK | Daging Sapi Impor
Berita terkait:
Dishub Dituding Biarkan Metromini Langgar Aturan
Satu Korban Metromini Maut Meninggal
Hamzah Haz Dukung Jokowi Nyapres