TEMPO.CO, Palembang - Tingkat pencurian minyak mentah di wilayah Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, masih tinggi. Peristiwa bocornya pipa akibat ilegal tapping pada Oktober tahun lalu tidak membawa efek jera bagi pelaku utama dan oknum warga di sekitar lokasi.
Satuan Kerja Khusus (SKK) Minyak dan Gas Bumi (Migas) perwakilan Sumatera Bagian Selatan memastikan, sebagian besar pelaku masih menggunakan modus lama. "Masih modus lama, tapi sekarang jauh lebih berani," ujar Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagsel, Setia Budi, Kamis, 25 Juli 2013.
Modusnya, pipa utama dilubangi dengan ukuran tertentu. Selanjutnya dari pipa yang telah dilubangi dan diberi keran itu, kata Budi, minyak dialirkan melalui selang menuju ke bak penampungan dan truk tanki.
Masih menurut Budi, kegiatan ilegal tapping tersebut tidak menutup kemungkinan melibatkan aparat keamanan setempat. Akan tetapi, dia tidak berani menyebut instansi yang dia maksud. Selain itu, dari informasi yang dia dapat bila kegiatan ilegal tapping di Musi Banyuasin sudah sampai di telinga pengambil kebijakan seperti Kapolri, para menteri dan Dirut Pertamina. "Yang saya dengar Pertamina katanya akan menutup. Tetapi saya belum tahu solusinya apa agar minyak tetap dapat tersalur ke Plaju."
Dikonfirmasi secara terpisah, juru bicara Kepolisian Daerah Sumatera Selatan Komisaris Besar R. Djarod Padakova, membenarkan, adanya kegiatan ilegal tapping di wilayah Polres Musi Banyuasin itu. Menurut dia, sudah sejak lama polisi dan pihak penegak hukum lainnya rutin melakukan patroli di wilayah yang dinilai rawan pencurian. "Kami sudah lama kerja sama dengan pihat terkait, untuk patroli bersama menyusuri jalur pipa tersebut," kata Djarod.
Sementara itu, GM Pertamina Marketing Operation II Sumbagsel, Ageng Giriyono, menolak untuk menanggapi soal kabar jika Pertamina akan menutup sementara jalur distribusi dari Tempino ke Plaju.
Dia mengatakan, pencurian minyak dari pipa tersebut terjadi paling parah pada 24 Juli 2013. Pada hari tersebut, ada sebanyak empat lokasi baru pencurian yang mengakibatkan pemompaan minyak terpaksa dihentikan. "Daerah yang paling parah adalah di Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyu Asin," kata Gunung.
PARLIZA HENDRAWAN