TEMPO.CO, Jakarta - Pematung I Nyoman Nuarta bertekad menyelesaikan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali yang sempat terhenti selama belasan tahun. Ia menargetkan waktu tiga tahun untuk pembangunan kembali, atau sekitar 20 tahun setelah peletakan batu pertama GWK di lokasi sekarang pada 8 Juni 1997 lalu.
“Saya sudah tua,” kata pria kelahiran Tabanan, Bali, 14 November 1951, ini. Ditemui di NuArt Studio, Bandung, beberapa hari lalu, ia mengemukakan mengapa patung sangat penting bagi hidupnya. Kepedulian budaya menjadi salah satu alasan utama. “Selama ini bangsa kita kehilangan arah, tidak ada landasan budaya,” kata pria yang gemar mengenakan topi laken ini.
Patung Garuda Wisnu Kencana yang berlokasi di Bukit Unggasan, Jimbaran, Bali, ini dikembangkan menjadi taman budaya dan ikon pariwisata Bali dan Indonesia. Nuarta punya komitmen menyelesaikan hasil karya ini untuk diwariskan kepada generasi mendatang.
“Selama ini pariwisata Indonesia kebanyakan menjual warisan yang dulu dibangun nenek moyang. Sudah saatnya membuat sesuatu yang diwariskan kepada generasi penerus,” kata kakek tiga cucu ini.
Rancangan Garuda Wisnu Kencana (GWK) akan lebih menjulang di Bukit Ungasan, Jimbaran, Bali. Tinggi GWK mencapai 75 meter dengan pedestal atau penopangnya setinggi 60 meter. Total jangkungnya 126 meter atau melebihi patung Liberty di New York, Amerika Serikat, yang setinggi 96 meter.
Pendanaan patung melibatkan investor. Adapun pengerjaan potongan patung ini dilakukan di NuArt Studio, Bandung. Rencananya, potongan perdana patung itu akan mulai dikirim ke Bali lewat jalan darat, Rabu, 24 Juli 2013. Adapun peletakan batu pertama fondasi patung pada 23 Agustus 2013.
Nuarta mengambil lokasi baru untuk patung GWK yang sekarang. Titiknya sekitar 300 meter dari tempat yang telah dipasang sebagian anggota tubuh Dewa Wisnu dan kepala garuda di Taman Budaya GWK.
EVIETA FADJAR