TEMPO.CO, Jakarta – Indonesia menyerukan agar aksi kekerasan di Mesir dihentikan. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa juga mengimbau agar negeri itu menghormati hak-hak asasi manusia serta menyelesaikan konflik secara damai dan konstitusional.
“Tidak ada tempat bagi penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Seluruh pihak perlu menahan diri, mengedepankan semangat untuk mencapai kompromi, menghindari aksi kekerasan, menghormati hak asasi manusia, dan mengedepankan cara-cara damai dan konstitusional,” ujar Menteri Marty.
Jika tidak terdapat solusi yang bijak dan segera yang mengedepankan semangat kompromi dan rekonsiliasi, situasi di Mesir akan semakin memburuk dan bisa menimbulkan konflik horizontal yang dapat mengakibatkan pertumpahan darah dan mengorbankan rakyat sipil yang tidak berdosa.
“Indonesia mendorong masyarakat internasional, termasuk PBB, untuk mendorong dan mendukung proses rekonsiliasi dan adanya solusi yang konstitusional sesuai kehendak rakyat dan bangsa Mesir,” kata Menteri Marty, Minggu pagi ini.
Terkait perlindungan WNI di Mesir dan bagi WNI yang telah berada di Mesir diimbau untuk menghindari tempat kerumunan massa dan tidak terlibat dalam masalah dalam negeri di Mesir.
Marty juga meminta warga negara Indonesia yang tinggal di Mesir untuk terus berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo guna memastikan perlindungan. Dia juga telah menginstruksikan KBRI untuk terus memantau perkembangan, termasuk penyiapan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi kemungkinan terburuk di Mesir.
Lebih dari 130 orang tewas dan 1.000 lainnya luka-luka dalam bentrokan saat pendukung mantan Presiden Mesir Muhammad Mursi menggelar aksi protes di Masjid Rabaa al-Adawiya seusai salat Jumat, pekan lalu.
Pada saat yang sama, Panglima Jenderal Abdel Fattah al-Sisi mengimbau warga untuk menggelar aksi di seluruh kota guna menyatakan dukungan kepada militer.
NATALIA SANTI