TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia, Dodi Ambardi, mengatakan konvensi yang digelar Demokrat sulit untuk mendongkrak elektabilitas partai itu sampai level sebelum Pemilu 2009 silam. Menurut Dodi, elektabilitas Demokrat sudah terjun bebas setelah kasus korupsi yang menjerat beberapa kadernya.
"Elektabilitas mungkin bisa naik, tapi untuk sama seperti di tahun 2009 itu sulit," kata Dodi ketika dihubungi Senin, 29 Juli 2013. Dodi menuturkan, konvensi memang digunakan untuk mendongkrak popularitas namun menurutnya, konvensi hanya bisa menahan popularitas Demokrat agar tidak terus turun.
Analis politik dari Magna Charta, Yunarto Wijaya juga mengatakan hal yang serupa. Menurut dia, konvensi tidak hanya digunakan untuk meningkatkan elektabilitas partai tetapi juga calon yang bakal diusung. Ini menjadi cara Demokrat untuk melakukan kampanye selama pemilihan umum 2014.
Masa konvensi yang menjelang pemilihan legilatif, kata Yunarto, membuat partai ini mempunyai masa kampanye yang lebih panjang. "Kalau partai lain kampanye hanya tiga minggu, Demokrat bisa kampanye sejak Januari 2014," ucap dia.
Yunarto mengatakan efektif atau tidaknya cara ini tergantung calon peserta konvensi dan sistem yang dibuat. "Calon harus bisa menjadi magnet yang menarik perhatian publik," ujar Yunarto. Kedua, sistem konvensi harus dibuat sehingga tak hanya membuat panggung di hadapan media, tapi juga melibatkan seluruh kader dan akar rumput Demokrat. Bila hanya untuk disoroti media, konvensi sulit mendongkrak elektabilitas Partai Demokrat.
SUNDARI
Topik Terpanas:
Anggita Sari | Bisnis Yusuf Mansur | Kursi Panas Kapolri | Hormon Daging Impor | Bursa Capres 2014
Berita Terpopuler:
7 Pengacara Bermasalah versi ICW
Suap MA, KPK Bidik Pelaku Selain Mario dan Djodi
Rachell Dougall, Teman Ratu Narkoba Kerobokan?
Pengacara Mario: KPK Jangan Umbar Wacana
ICW: Pengadilan Tipikor Siaga Satu