TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) bakal menaikkan harga elpiji ukuran 12 kilogram seusai Lebaran tahun ini. Kenaikan harganya dilakukan secara bertahap sekitar 10-20 persen.
"Memang harus dinaikkan karena kami sudah rugi banyak dari situ. Lagipula menurut saya tidak etis kami harus mensubsidi masyarakat menengah ke atas," kata Direktur Elpiji dan Produk Gas Pertamina, Gigih Wahyu Hari Irianto, kepada wartawan, Senin, 29 Juli 2013.
Ihwal rencana kenaikan harga elpiji 12 kilogram ini telah disampaikan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan pada saat melaksanakan sahur di SPBU MT Haryono pada Ahad, 28 Juli 2013. Menurut dia, kenaikan akan dilakukan setelah Lebaran dan dilakukan secara bertahap. "Agar tidak terlalu memberatkan," ujar dia.
Gigih menilai kenaikan ideal dilakukan usai hari raya Idul Fitri. Sebab, jika dilakukan saat ini, masyarakat sudah mengalokasikan anggaran untuk membeli keperluan merayakan hari raya. "Tapi sebenarnya kami sudah meminta agar harganya dinaikkan sebelum Lebaran dengan pertimbangan keekonomian," ujarnya.
Kenaikan harga ini, menurut Gigih, sudah sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang disetujui Kementerian BUMN dan temuan Badan Pemeriksa Keuangan. "BPK meminta kami mengurangi subsidi yang tidak perlu, seperti subsidi untuk elpiji 12 kilogram ini," ujarnya.
Gigih melanjutkan, mekanisme kenaikan nanti sifatnya berupa pengenaan biaya non-produk, yakni biaya pengemasan dan transportasi kepada konsumen dan kenaikan biaya produk. Biaya non-produk saat ini hanya sebesar Rp 300 per tabung, sementara biaya produk yang telah disubsidi sekitar Rp 4.500 per kilogram. "Itu yang nanti bertahap dinaikkan," ujarnya.
Pertamina selama ini mengaku harus merugi cukup besar akibat menjual gas elpiji lebih rendah dari harga pasarnya yang mencapai Rp 10.000 per kilogram. Artinya, ada subsidi langsung dari Pertamina hampir sebesar Rp 5.000 per kilogram setiap menjual LPG 12 kilogram. Perusahaan tahun ini diperkirakan bakal merugi hingga Rp 6,5 triliun atau naik 23 persen dari realisasi kerugian tahun lalu sebesar Rp 5 triliun.
AYU PRIMA SANDI
Topik Terhangat
Gempuran Buku Porno| Anggita Sari | Bisnis Yusuf Mansur | Kursi Panas Kapolri | Bursa Capres 2014
Berita Terkait
Dugaan Keterlibatan Hakim Diusut dalam Kasus Mario
KPK Akui Kubu Hotma Ngga Sreg Ada Penggeledahan
Sidang MA Terbuka, DPR: Bohong!