TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak berencana mengunjungi makam orang suci atau pun melakukan ritual tertentu saat melawat ke Jawa Timur. Heru Lelono, Staf Khusus SBY, mengatakan kunjungan SBY kali ini sebatas menemui masyarakat dan meninjau langsung sejumlah kegiatan. "Tak ada agenda mengunjungi makam," kata Heru saat dihubungi, Rabu, 30 Juli 2013.
Sebelumnya, sempat beredar kabar kalau kunjungan kali ini juga akan diwarnai agenda spiritual. Namun, Heru dengan tegas menepis kabar itu. Menurutnya, lawatan kali ini murni dilakukan berkaitan dengan Ramadan. "SBY ingin melihat langsung kegiatan masyarakat di sana," kata dia.
Menurut Heru, tak ada acara seremonial yang akan dihadiri oleh Presiden. Kunjungannya bersifat spontan. Jika di tengah jalan SBY memutuskan turun dari mobil, rombongan bisa langsung berhenti. Bisa saja, kata Heru, SBY mendadak ingin berhenti melihat sekolah-sekolah atau mendatangi kebun petani.
Hari ini Presiden SBY akan melawat antara lain Kabupaten Lumajang, Jember, dan Bondowoso. Perjalanan SBY dimulai dari kota Malang. Perjalanan akan berakhir di Bondowoso pada Rabu, 31 Juli 2013 besok.
Di Lumajang, SBY akan mengunjungi Desa Pronojiwo. Rencananya, Presiden akan melihat sentra produksi Salak. Perjalanan dilanjutkan ke Desa Burno untuk meninjau kebun pisang Mas Kirana. Presiden SBY juga akan melihat produksi keripik pisang.
Ditanya soal lawatan spiritual tokoh politik di negeri ini, sejarawan Anhar Gonggong menilai adalah hal biasa saja jika pun SBY mampir untuk mengunjungi makam atau melakukan ritual selama lawatan ke Jawa Timur. Menurutnya, itu adalah hak personal setiap orang dalam mencari ketenangan dengan melakukan ritual-ritual khusus tertentu.
Lagipula, kata Anhar, semua pemimpin negara Indonesia melakukan hal tersebut. Mulai dari Presiden Soekarno hingga putrinya Megawati Sukarnoputri. "Yang tidak melakukan itu mungkin hanya Hatta dan Sjahrir," ujarnya.
Tak hanya pimpinan negara Indonesia, seluruh petinggi negara di Asia pun kerap melakukan hal serupa. Kunjungan ke makam tak perlu diartikan sebagai sesuatu yang irasional. "Sebab ini masalah kultur," kata Anhar. "Itu adalah hak semua orang, dan bukan sesuatu yang perlu dicemooh," ujarnya.
ANANDA BADUDU
Topik terhangat:
Anggita Sari | Bisnis Yusuf Mansur | Kursi Panas Kapolri
Baca juga:
Jokowi Blusukan: `Pemerintah Kebobolan`
Dipaksa Minta Maaf, Ahok Telpon Haji Lulung
Dahlan Iskan Bakal Calon Presiden dari Demokrat