Komaruddin Hidayat: Rahasia Kekuatan Cinta

Editor

Nur Haryanto

Komarrudin Hidayat. Dok. TEMPO/Seto Wardhana
Komarrudin Hidayat. Dok. TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO.CO, Jakarta - Komaruddin Hidayat, Cendekiawan, Rektor Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta, dalam akun twitternya @komar_hidayat 28 Juli 2013, memberikan tausiyah tentang Ramadan. Ini tweet-nya:

"Aku tak minta pujian dan balasan apa pun darimu," kata Rasulullah, meskipun seluruh hidupnya diabdikan untuk membimbing umatnya dengan penuh risiko.

Perkataan dan tindakan yang dilakukan oleh Rasulullah semuanya didorong oleh rasa cinta pada kebenaran, kebaikan, dan kedamaian.

Rasulullah selalu mendoakan bagi kebaikan orang lain, sekalipun terhadap mereka yang memusuhinya. Rasulullah tidak senang mencela dan membenci.

Aku telah memaafkan musuh-musuhku di masa lalu, karena aku ingin menikmati kemerdekaan yang sejati, kata Mandela.

Tentara Inggris ditaklukkan oleh Gandi dengan kekuatan cinta damai, kesederhanaan hidup, dan kesetiaan membela martabat manusia.

Rasulullah sangat bijak, bisa berkomunikasi dengan berbagai ragam dan lapisan sosial, tanpa jarak.

Rasulullah diizinkan Allah melakukan perang untuk melindungi eksistensi dan misi Islam yang diancam musuh-musuhnya. Tapi Islam bukan mesin perang.

Republik Indonesia didirikan dengan diplomasi dan perang, tapi Republik Indonesia didirikan bukan sebagai mesin perang. Begitu analog dengan awal Islam yang terlibat perang.

Kehadiran Rasulullah telah menyulap padang pasir Arabia kala itu menjadi pusat penggerak ilmu pengetahuan dan peradaban.

Dinamika sejarah Arab sejak dulu digerakkan oleh pergulatan kabilah, ghanimah, aqidah. Di masa Rasul, aqidah mengendalikan yang lain.