TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok peretas yang menamakan dirinya Syrian Electronic Army mencoba meretas layanan voice over internet protocol seperti Viber dan Tango. Sebelumnya, mereka telah meretas akun Twitter milik media seperti Reuters.
"Jika mereka berhasil, maka mereka akan memiliki akses komunikasi terhadap jutaan pengguna," kat Ayed Alqatarh, insinyur sistem dari FireEye, sebuah perusahaan konsultan.
Kelompok ini muncul ke permukaan pada pertengahan 2011 untuk mendukung Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang sedang digoyang kekuasaannya oleh masyarakat. Kelompok ini menyerang situs milik media, organisasi dan pemerintahan lain yang dianggap tidak mendukung Assad.
Kelompok ini telah berhasil meretas akun Twitter dari Al-Jazeera, the Associated Press, BBC, Daily Telegraph, Financial Times, The Guardian, Human Rights Watch, dan America's National Public Radio.
Baru-baru ini, kelompok ini meretas akun Twitter milik agen berita bisnis Thomson Reuters. Akibatnya, terjadi serangkaian kemunculan gambar kartun bernuansa politis mengenai perang sipil yang tengah terjadi di Suriah.
Akun bernama @ThomsonReuters yang sedang dibajak itu, men-tweet tujuh foto selama periode waktu 35 menit pada Senin. 29 Juli 2013, jam 18.33, waktu setempat. Konten tersebut masih bisa diakses selama satu jam setelahnya, namun kemudian dihentikan pada jam 19.45.
Hal lain yang berkaitan dengan Thomson Reuters serta kantor berita Reuters tidak terpengaruh oleh peretasan tersebut. Kelompok pembajak asal Suriah itu mengklaim bertanggun- jawab terhadap sejumlah peretasan, terutama yang dilakukan terhadap akun Twitter milik kantor berita.
Kantor berita lain yang juga pernah menjadi korban, di antaranya The Financial Times, Daily Telegraph, dan Associated Press. Pada saat diretas, sejumlah situs tersebut menampilkan konten yang seolah dibuat oleh para nasionalis Suriah.
Thomson Reuters sudah mengkonfirmasikan perihal peretasan dan kini investigasi sedang dilakukan. “Hari ini @ThomsonReuters diretas. Saat ini, sebuah otoritas tak resmi telah mengarang sejumlah informasi yang bukan berasal dari sumber Thomson Reuters,” ujar juru bicara perusahaan.
Syrian Electronic Army adalah kelompok peretas yang mendukung pemerintahan Presiden Suriah. Meski kelompok tersebut tidak secara rutin meretas selama beberapa bulan terakhir. Namun, pekan lalu mereka menyatakan bertanggung-jawab atas pembobolan data situs Viber. Aplikasi tersebut digunakan untuk menelepon dan berkirim pesan melalui WiFi secara gratis.
THE REGISTER | NBC NEWS | CNET | SATWIKA MOVEMENTI