TEMPO.CO, Surabaya - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin rapat koordinasi membahas rekonsiliasi pengungsi Syiah Sampang di Surabaya. Rapat yang digelar tertutup itu berlangsung di gedung Grahadi Provinsi Jawa Timur, Kamis malam 1 Agustus 2013. “Rapat semalam berfokus membahas progres upaya pengembalian pengungsi Syiah,” kata Rektor Institut Agama Islam Negeri, Abdul A’la, saat dihubungi, Jumat 2 Agustus 2013.
Sejumlah menteri kabinet dan pejabat tinggi negara hadir dalam rapat tersebut. Mereka antara lain Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto; Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh, Menteri Pertanian Suswono, Kapolri Jenderal Timur Pradopo, dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono. Selain itu ada Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, Rektor IAIN yang juga Ketua Tim Rekonsiliasi Abdul A’la, Bupati Sampang, dan perwakilan ulama Madura dan ulama Syiah.
Menurut A’la, dalam rapat tersebut Presiden SBY ingin mendengar langsung dan mengevaluasi perkembangan proses rekonsiliasi agar bisa lebih cepat diselesaikan. Presiden, kata dia, menginginkan pemulangan dilakukan secepatnya. Sekarang sudah menjelang Lebaran harus dicarikan solusi memulangkan pengungsi dari penampungan sementara mereka di rumah susun Puspa Agro, Jemundo, Sidoarjo.
Presiden mengamanatkan, bila tidak bisa mudik Lebaran ini, pemulangan pengungsi bisa dilakukan paling lambat bulan Desember. “Memang presiden menginginkan secepatnya. Tapi upaya itu kan harus dijamin tidak ada gesekan keamanan,” kata A’la. Yang paling penting, kata dia, adalah rasa aman dan tidak ada perselisihan agama.
Untuk mencapai itu, kata A’la, sekarang tinggal bagaimana melakukan dialog-dialog supaya tidak ada lagi gesekan di sana. Termasuk bagaimana melakukan percepatan pembangunan ekonomi, membuka akses pendidikan, infrastruktur di Madura, khususnya di daerah konflik (Sampang).
Sumber Tempo yang ikut dalam rapat tersebut mengungkapkan rapat tersebut diawali dengan pemaparan Menteri Agama Surya Dharma Ali mengenai update upaya rekonsiliasi. Ia mengungkapkan soal kunjungannya ke lokasi konflik. Termasuk, kata dia, upaya dialog yang diharapkan warga Syiah bisa kembali diterima masyarakat di Sampang.
Lalu, perwakilan Syiah, Umar Shahab, diberi kesempatan bicara. Ia menjelaskan mengenai kesalahpahaman dan mencurigai upaya politisasi Syiah Sampang. Warga Syiah berharap modal sosial lebih dikembangkan dan menagih jaminan keamanan dari pemerintah.
Menurut sumber itu, SBY mengatakan merupakan tugas negara untuk memberikan rasa aman kepada setiap warga negaranya, termasuk warga Syiah. SBY, kata dia, menyesalkan ada wacana pertobatan warga Syiah sebagai syarat mereka kembali ke kampung halaman mereka.
SBY menyatakan kekecewaanya kasus Sampang disorot dunia internasional. Kasus ini relatif kecil dibanding kasus konflik Poso dan kasus Ambon. Namun SBY meminta masalah Syiah ini tidak diremehkan karena SBY mengaku mendapat sorotan serius dari negara lain.
“Saya bertemu Ahmadinejad ditanyakan masalah ini. Wapres saya ketemu Ahmadinejad juga ditanyakan masalah ini,” kata sumber menirukan ucapan SBY. Muslim Syiah Australia dan Inggris juga mendesak pemerintahnya menekan Indonesia mengenai masalah ini.
AGUSSUP