Jaring Zakat Menyebar hingga Mal

Editor

Nur Haryanto

Seorang wanita menyalurkan zakatnya di gerai zakat keliling di Taman Bungkul Surabaya, (1/8). ANTARA/M Risyal Hidayat
Seorang wanita menyalurkan zakatnya di gerai zakat keliling di Taman Bungkul Surabaya, (1/8). ANTARA/M Risyal Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga umbul-umbul dan sebuah spanduk menghiasi bagian depan bangunan mungil itu. Di ruang lobi, pengunjung akan mendapati petugas kasir yang melayani para calon pembayar zakat alias muzaki. Ruangan berpendingin udara, aneka brosur, poster promosi, dan petugas berseragam memberi kesan kantor amil zakat ini bonafide.

Selasa pekan lalu, kantor Rumah Zakat di Jalan Radio Dalam, Jakarta Selatan, itu tampak lengang. Namun Manajer Rumah Zakat Cabang Radio Dalam, Nur Ainun, mengatakan kesibukan pengumpulan zakat akan meningkat pada H-5 Lebaran. “Ramadan memang peak season buat kami,” kata dia.

Rumah Zakat mempunyai puluhan kantor cabang di seluruh Indonesia. Lembaga ini mempunyai banyak kiat dalam menjaring para muzaki. Selain memasang spanduk, di lokasi lain mereka memakai cara unik, misalnya menggelar performance art di dekat lampu merah jalan-jalan protokol. Ini merupakan sarana edukasi bagi masyarakat agar mengenal zakat, infak, dan sedekah.

Langkah jemput bola itu cukup berhasil. Misalnya, kantor cabang Radio Dalam ini dapat menarik 3.000 donatur zakat, infak, dan sedekah. Dari jumlah itu, sekitar 70 persen merupakan donatur tetap.

Rumah Zakat juga membuka banyak gerai di pusat belanja. Lembaga yang didirikan sejak 1998 ini pun bekerja sama dengan Lotte Mart. Jangan kaget, jika suatu saat Anda berbelanja di jaringan waralaba asal Korea Selatan ini, petugas kasir akan menawarkan uang recehan kembalian sebagai infak. “Kami juga berpromosi via pesan pendek, surat elektronik, dan BlackBerry Messenger,” kata Nur Ainun.

Demi transparansi, Rumah Zakat dilarang menggunakan data anonim. “Kami harus akuntabel dan transparan. Sumber dana harus jelas,” kata Nur Ainun.

Menurut Head of Regional Rumah Zakat Jakarta-Banten, Kurnia Ariffianto, selama Ramadan kali ini, lembaganya menargetkan untuk memperoleh zakat sebesar Rp 146 miliar. Untuk target tahunan, Rumah Zakat mematok angka Rp 1 triliun pada 2013.

Kehadiran lembaga amil zakat semacam ini cukup membantu menghimpun zakat di Tanah Air. Maklum, potensi zakat di Indonesia memang besar. Badan Zakat Nasional memperkirakan potensi zakat di Indonesia mencapai angka Rp 217 triliun.

Lembaga amil zakat lain juga tak kalah giat menghimpun para muzaki. Direktur Al-Azhar Peduli Umat, Harry Rachmad, misalnya, menyatakan, selama Ramadan tahun ini, diperkirakan terkumpul zakat senilai Rp 10 miliar. “Saat Ramadan, jumlah muzaki bisa mencapai 10 ribu orang,” kata dia.

Muzaki yang menyalurkan zakat melalui Al-Azhar biasanya berasal dari kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Mereka datang ke stan-stan di sejumlah titik, misalnya di FX Senayan, Gandaria City, dan Central Park. Mereka juga membuka stan di perkantoran, seperti di PT Indomobil. “Pendapatan per stan Rp 2-3 juta per hari,” ujarnya.

Al-Azhar Peduli Umat juga menyediakan layanan autodebit alias pemotongan rekening muzaki setiap bulan. Biasanya, layanan ini untuk zakat penghasilan. Yang terbaru adalah Zakat Home Service, yang memberikan pelayanan di rumah atau tempat kerja.

Gairah umat Islam dalam berzakat tidak hanya terlihat di Ibu Kota. Di Cirebon, nilai zakat selama Ramadan juga meningkat 20 persen. “Tahun lalu, zakat selama Ramadan mencapai Rp 1 miliar,” kata Direktur Zakat Center Cirebon, Anwar Musaddad.

Dalam setahun, lembaganya mengumpulkan zakat hingga Rp 1,4 miliar. Jumlah ini berasal dari sekitar 1.300 muzaki. Hingga Juni lalu, nilai zakat yang terkumpul mencapai Rp 864 juta. Ini masih jauh dari potensi zakat di wilayah tersebut, yang mencapai Rp 20 miliar per tahun.

PRAGA UTAMA | NINIS CHAIRUNNISA | IVANSYAH | NAFI