Mudik Gratis, Cermin Buruknya Transportasi Publik

Editor

Rini Kustiani

Sejumlah calon pemudik tertidur saat menunggu kedatangan bis Pulang Kampung Gratis bersama Giant  di Senayan, Jakarta, (4/8). Sebagian besar pemudik ini sudah menunggu dari pagi. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Sejumlah calon pemudik tertidur saat menunggu kedatangan bis Pulang Kampung Gratis bersama Giant di Senayan, Jakarta, (4/8). Sebagian besar pemudik ini sudah menunggu dari pagi. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit menilai sarana transportasi publik belum maksimal untuk melayani pemudik. Menurut dia, persoalan kualitas transportasi publik ini terlihat dengan masih adanya program mudik gratis yang diberikan pemerintah.

"Program mudik gratis mencerminkan sistem angkutan formal belum maksimal. Kalau di Cina, musim Imlek masyarakat menggunakan transportasi umum, tidak ada program mudik gratis," kata Danang saat dihubungi Tempo, Senin, 5 Agustus 2013.

Selain itu, Danang juga melihat faktor kemanan pemudik saat ini belum menjadi perhatian khusus dengan banyaknya korban jiwa berjatuhan. "Sampai hari ke dua mudik sudah 70 orang yang meninggal itu menandakan kemanan belum maksimal. Ini harus menjadi perhatian," katanya.

Namun Danang mengaku belum bisa menilai secara keseluruhan kegiatan mudik pada tahun ini. Menurut dia, ada dua indikator kegiatan mudik bisa dinilai berhasil, yaitu seberapa banyak angkutan umum yang digunakan dan pengendalian korban jiwa.

"Saya rasa penentuan berhasil atau tidaknya baru bisa terlihat pada hari "H" lebaran. Saat ini masih bergerak. Tapi memang untuk jumlah korban meninggal ini sudah cukup banyak dan perlu perhatian," katanya.

ANGGA SUKMA WIJAYA

Topik terhangat:

Bom Vihara Ekayana
| Mudik Lebaran | Ahok vs Lulung | Capres 2014

Berita lainnya:
Vanny Rossyane: Saya Pernah Aborsi Anak Freddy 
Obrolan Khusus Jokowi dan Setiawan Djodi

Mobil Dinas DPR RI Disewakan untuk Mudik

Strategi Jokowi Menekan Pendatang ke Jakarta