Kisah Pemudik Terjebak Macet Selama 24 Jam  

Editor

Elik Susanto

Ribuan kendaraan terjebak kemacetan di jalan raya Merak menuju Pelabuhan, Banten, (4/8). Akses kendaraan menuju merak lumpuh total akibat menlonjaknya kendaraan pemudik. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Ribuan kendaraan terjebak kemacetan di jalan raya Merak menuju Pelabuhan, Banten, (4/8). Akses kendaraan menuju merak lumpuh total akibat menlonjaknya kendaraan pemudik. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Tegal - Wajah lelah dan kuyu terlihat pada Suhadi. Segelas kopi diseruputnya cepat-cepat. Setelah merasa lega, pria 35 tahun ini menyandarkan badannya di dinding warung tepi jalur Pantura ruas Margadana, Kota Tegal, Jawa Tengah. "Macet parah. Jakarta-Tegal butuh waktu 24 jam. Biasanya enam jam sampai, sekarang menjadi sehari-semalam," keluh Suhadi yang ditemui pada Selasa pagi, 6 Agustus 2013.

Mengendarai Toyota Corolla, pemudik asal Kramat Jati, Jakarta Timur, itu mengaku berangkat sejak Senin sekitar pukul 07.00 WIB. Bersama istri dan tiga anaknya, karyawan swasta di kawasan industri Pulogadung itu hendak mudik ke Pangkah, Kabupaten Tegal.

Suhadi terpaksa membatalkan puasanya pagi itu karena kelelahan. Kemacetan yang dia alami sejak berangkat menelusuri Jalan Raya Bogor, Kramat Jati, hingga Jalan M.T. Haryono, Cawang, menuju jalan tol Jakarta-Cikampek butuh waktu sekitar 1,5 jam.

Kemacetan di jalan tol Cikampek tersendat ketika memasuki kawasan Pondok Gede hingga gerbang tol Cikarang Utama. Kecepatan rata-rata sekitar 20-30 kilometer per jam. Ini semua imbas dari kepadatan kendaraan yang ke luar tol Cikampek.

Begitu Suhadi ke luar tol Cikampek, petugas langsung mengarahkan ke Sadang, jalur tengah. Di jalur ini sempat lancar beberapa saat. Namun, begitu memasuki kawasan Cempaka, Purwakarta, hingga Subang, laju kendaraan maksimal 10 kilometer per jam. Bahkan sempat macet total selama tiga jam akibat banyaknya mobil saling serobot.

Terbebas dari kemacetan hingga memasuki Sumedang, Suhadi dan pemudik lain dengan tujuan wilayah Karesidenan Pekalongan tetap tidak bisa melalui jalur Pantura. Sebab, pemudik di jalur tengah dialihkan lewat jalur alternatif kawasan Indramayu, yang juga macet hingga berjam-jam.

Menurut Suhadi, kemacetan parah di puncak arus mudik kali ini bukan semata akibat kerusakan jalur Pantura. "Tapi juga kurangnya kesadaran pemudik yang nekat menyerobot jalur. Sekali terkunci kendaraan dari lawan arah, butuh waktu berjam-jam bagi polisi untuk mengurai kemacetan."

Istrinya, Retno, 33 tahun, mengaku baru bisa bernapas lega setelah mobilnya memasuki jalan tol Palimanan-Kanci dan Kanci-Pejagan. "Sampai Kabupaten Brebes, lalu lintas lancar meski sempat tersendat saat ke luar tol Pejagan," ujarnya.

Menempuh jarak sekitar 330 kilometer dalam sehari-semalam sangat tidak ideal. Selain kerugian waktu tempuh, Suhadi dan juga pemudik lain kehilangan bahan bakar kendaraan yang tidak sedikit. Jakarta-Tegal saat normal bisa ditempuh sekitar enam jam dengan kecepatan rata-rata 50-60 kilometer per jam.

DINDA LEO LISTY